Jumat 08 Dec 2023 19:30 WIB

Apakah Trauma Masa Kecil Picu Korban Jadi Pelaku Kekerasan Saat Dewasa 

Trauma masa lalu jadi faktor yang memperburuk respons seseorang terhadap masalah.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Friska Yolandha
Anak mengalami trauma (ilustrasi). Orang tua perlu mencermati apakah keadaan tak bahagia yang dialami anak merupakan kesedihan umum atau trauma yang tidak terdiagnosis.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terduga P, pelaku pembunuhan empat anak di Jagakarsa, Jakarta Selatan, diduga mengalami kekerasan fisik saat masih kecil. Ayahnya kerap memukul P saat berbuat kesalahan. 

Hal ini membuat masyarakat bersekimpulan bahwa trauma masa lalu membuat seseorang kobran menjadi pelaku dikemudian hari. Benarkah demikian?

Baca Juga

Psikolog praktik klinis-forensik, Reni Kusumowardhani menjelaskan trauma masa lalu yang belum selesai dalam jiwa seseorang dapat menjadi satu faktor yang memperburuk respons seseorang dan menghadapi masalah. Ini disebut sebagai adverse childhood experiences (ACE) atau pengalaman masa kecil yang merugikan. 

Pengalaman ini merupakan peristiwa yang berpotensi menimbulkan trauma yang terjadi dimasa kanak-kanak. "Jadi ACE ini bentuknya bisa seperti kekerasan, pelecehan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) pada saat seseorang bertumbuh di dalam keluarga dengan masalah kesehatan mental," ujar Ketua 3 Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (PP HIMPSI) kepada Republika.co.id, Jumat (8/12/2023).

Hal ini bisa menjadi stress berkepanjangan yang dapat mengubah perkembangan otak dan juga mempengaruhi cara tubuh merespons stress. "Makin buruk ACE-nya atau pengalaman masa kecil yang merugikan, makin besar pula kejadian atau hasil negatif seperti anak-anak ini tidak mampu untuk merespons sesuatu secara positif atau secara semestinya," ujarnya.

Yang termasuk ACE adalah adanya pengabaian baik secara fisik maupun emosional, pelecehan emosional, pelecehan seksual kekerasan fisik didalam rumah tangga. Selain itu, bisa juga seorang anak menyaksikan salah satu dari orang tuanya melakukan dan menjadi korban kekerasan satu sama lain.

Penelitian menunjukkan bahwa makin banyak pengalaman seperti itu di masa kecil, makin besar kemungkinan terjadinya dampak negatif di masa dewasanya kelak. Termasuk dampak mental, dampak perilaku dan kesehatan negatif yang kemudian bisa berdampak atau berpotensi berdampak pada cara orang tua bertindak dan berinteraksi dengan pasangan serta anak-anaknya.

Untuk mencegah ACE atau terulangnya ACE, perlu langkah yang sifatnya dari hulu ke hilir. Perlu ada penguatan, dukungan ekonomi bagi keluarga. 

Artinya keluarga ini harus punya jalan keluar jika masalahnya adalah Maslaah ekonomi. Karena ekonomi bisa menjadi situasi yang memperburuk orang-orang yang sudah punya ACE.

"Situasi ekonominya buruk bisa memperburuk situasi respon dan juga pengendalian kemarahan pada seseorang. Jadi perlu ada penguatan dukungan ekonomi bagi keluarga," sarannya.

Ia menyarankan ada pihak yang....

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement