Sabtu 23 Dec 2023 16:03 WIB

Terungkap Motif Israel Bombardir Pusat Kebudayaan Gaza, Tempat Ceramah Nelson Mandela

Israel berambisi untuk menghapus sejarah dan identitas Palestina

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Aktivitas penelitian manuskrip di Gaza sebelum perang (ilustrasi). Israel berambisi untuk menghapus sejarah dan identitas Palestina
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  Sejak awal agresi yang dilancarkan Israel Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, tentara Israel berupaya menghapus segala sesuatu yang menunjukkan peninggalan bangsa Palestina di tanah mereka.

Mulai dari istana bersejarah, museum, monumen, bahkan bangunan arsip seperti Arsip Pusat di Gaza dan Pusat Kebudayaan Rashad. 

Baca Juga

Bahkan Perpustakaan Kota Gaza juga menjadi sasaran. Perpustakaan ini merupakan fasilitas yang berisi dokumen dan manuskrip sejarah yang berusia lebih dari 100 tahun.

Israel membunuh sejarah ini dengan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional. 

Tujuannya adalah untuk menghapus tahapan perkembangan kota di sebuah kota yang oleh para sejarawan digambarkan sebagai “putri generasi” karena kehebatan sejarahnya, yang akarnya berasal dari masa lalu, dari abad ke-15 Sebelum Masehi. 

November lalu, pesawat militer Israel mengebom gedung Arsip Pusat, yang berisi ribuan dokumen sejarah berusia lebih dari 150 tahun. Padahal menurut Wali Kota Gaza, Yahya Al-Sarraj, ini adalah dokumen sejarah yang berharga bagi masyarakat. 

Arsip pusat mewakili bagian integral dari sejarah dan budaya Palestina. Berisi manuskrip bangunan arkeologi bernilai sejarah dan dokumen yang ditulis tangan oleh tokoh nasional terkenal. 

Namun militer Israel menghancurkannya, antara lain dengan menerapkan kebijakan pemadaman listrik terhadap masyarakat, dan membuat kota-kota Palestina tidak dapat dihuni.

Selain itu, tentara Israel juga menghancurkan Pusat Kebudayaan Rashad Al-Shawa pada 25 November, yang terletak di lingkungan Al-Rimal di Kota Gaza, di Jalur Gaza utara. Bangunan ini didirikan pada tahun 1985 dan dirancang oleh arsitek Suriah Saad Mughaffal. 

Pusat Kebudayaan Rashad Al-Shawa berafiliasi dengan kotamadya Kota Gaza, dan dinamai menurut nama mantan walikota Gaza, Rashad Al-Shawa. 

Pusat tersebut mencakup perpustakaan, ruang pertemuan, dan ruang pameran. Diketahui bahwa Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela pernah memberikan pidato di sana. Sekitar 25 tahun yang lalu, pusat tersebut menjadi tempat pembicaraan perdamaian antara Yasser Arafat dan Bill Clinton. 

Baca juga: Israel Kubur Warga Hidup-Hidup, Alquran Ungkap Perilaku Yahudi kepada Nabi Mereka

Gedung arsip selanjutnya yang dihancurkan oleh militer Israel selama agresi ini adalah Perpustakaan Kota Gaza. Perpustakaan ini didirikan pada tahun 1999 melalui perjanjian kembar dengan kota Dunkirk di Prancis dan didanai oleh Bank Dunia. 

Perpustakaan ini terdiri dari dua lantai dan satu basement. Kepemilikannya mencakup 10 ribu volume dalam bahasa Arab, Inggris dan Prancis. 

Kantor pusat kota, yang terletak di pusat kota di Palestine Square, menyimpan arsip sejarah berusia lebih dari 150 tahun, yang berisi dokumen dasar tentang perkembangan kota, termasuk studi teknik untuk jaringan air dan limbah. 

Terkait penghancuran perpustakaan Gaza...

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement