REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) pada Rabu mendesak Israel untuk mengizinkan umat Islam beribadah di kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem selama Ramadhan 2024, setelah seorang menteri sayap kanan mengusulkan untuk melarang warga Palestina dari Tepi Barat yang diduduki untuk beribadah di sana.
"Sehubungan dengan Al Aqsa, kami terus mendesak Israel untuk memfasilitasi akses ke Temple Mount bagi jamaah yang beribadah secara damai selama Ramadhan sesuai dengan praktik di masa lalu,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller kepada wartawan, menggunakan istilah Yahudi untuk situs tersebut, situs paling suci dalam Yudaisme.
“Ini bukan hanya hal yang benar untuk dilakukan, ini bukan hanya soal memberikan kebebasan beragama kepada masyarakat yang pantas dan merupakan hak mereka, tapi ini juga merupakan hal yang secara langsung penting bagi keamanan Israel,” ujar Matthew dilansir dari laman France24, Kamis (29/2/2024).
“Bukan kepentingan keamanan Israel untuk mengobarkan ketegangan di Tepi Barat atau wilayah yang lebih luas,” kata Matthew.
Israel sedang mengkaji bagaimana cara melaksanakan ibadah di Yerusalem selama Ramadhan, bulan suci Islam yang akan dimulai pada 10 atau 11 Maret, tergantung pada kalender lunar.
Bulan puasa akan datang ketika Israel melancarkan kampanye militer tanpa henti di Jalur Gaza sebagai tanggapan atas serangan besar Hamas di wilayah Israel pada tanggal 7 Oktober.
Hamas telah menyerukan gerakan massal di Al Aqsa untuk awal Ramadhan. “Kami menyerukan kepada masyarakat kami di Yerusalem, Tepi Barat dan wilayah pedalaman yang diduduki (Israel) untuk melakukan perjalanan ke Al Aqsa sejak hari pertama bulan Ramadhan yang penuh berkah, baik secara berkelompok atau sendirian, untuk berdoa di sana guna mematahkan pengepungan terhadapnya,'' kata Ketua Hamas, Ismail Haniyeh dalam pernyataan yang disiarkan televisi, Rabu kemarin.
Pekan lalu, Menteri Keamanan Nasional, Israel Itamar Ben Gvir mengatakan bahwa warga Palestina di Tepi Barat “tidak boleh” masuk ke Yerusalem untuk beribadah selama Ramadhan. “Kami tidak bisa mengambil risiko,” kata Ben Gvir.
“Kami tidak bisa menyandera perempuan dan anak-anak di Gaza dan mengizinkan perayaan Hamas di Temple Mount,” jelas Ben Gvir. Ben Gvir memimpin partai sayap kanan yang menganjurkan kendali Yahudi atas kompleks tersebut.
Amerika Serikat telah mendesak tercapainya kesepakatan sebelum Ramadhan dimulai, yang mana Israel akan menghentikan serangan di Jalur Gaza dan sandera yang diculik pada 7 Oktober akan dibebaskan.
Kampanye militer Israel di Gaza telah membuat sekitar 29.954 warga Palestina syahid, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut angka terbaru kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas. Serangan ini diluncurkan sebagai respons terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang.