Jumat 15 Mar 2024 20:40 WIB

Hamas Usulkan Proposal Kesepakatan Gencatan Senjata Terbaru

Israel terus melakukan diskriminasi terhadap warga Palestina.

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Hafil
Pejuang Hamas, ilustrasi
Pejuang Hamas, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,GAZA -- Sekretaris jenderal Inisiatif Nasional Palestina Mustafa Barghouti mengatakan proposal kesepakatan gencatan senjata Hamas yang baru "jauh lebih fleksibel dan terbuka" dibandingkan dengan proposal-proposal sebelumnya.

"Mereka berkompromi tentang jumlah tahanan yang akan dibebaskan dan tujuan utamanya adalah untuk membuat kesepakatan yang mencakup semuanya," katanya kepada Aljazirah, Jumat (15/3/2024).

Baca Juga

"Hal itu berakhir dengan pendudukan Israel atas Gaza dan pembebasan sejumlah besar tahanan politik," tambahnya.

Menurut Barghouti, area perselisihan yang paling signifikan dalam negosiasi ini adalah status masa depan para pengungsi di Gaza.

"Hamas dan gerakan perlawanan bersikeras orang-orang yang diusir secara paksa dari rumah mereka akan diizinkan untuk kembali ke utara," katanya.

"Israel ingin melakukan diskriminasi [terhadap mereka]. Mereka ingin mengizinkan wanita dan anak-anak, tetapi tidak untuk pria, dan memecah belah setiap keluarga menjadi dua bagian, yang tentu saja tidak dapat diterima," tambahnya.

Pejabat Palestina tersebut menekankan "bola sekarang berada di tangan Perdana Menteri Netanyahu".

"Saya yakin dia akan melakukan segala cara untuk mencegah kesepakatan ini terjadi, karena orang ini, setelah perang berakhir, akan masuk penjara," katanya.

Sementara itu kantor berita Reuters melaporkan Israel kembali menolak proposal tersebut mengatakan "tuntutan (Hamas) yang tidak realistis".

Seperti tawaran-tawaran sebelumnya dari kedua belah pihak selama dua bulan terakhir proposal itu mengusulkan pembebasan puluhan sandera Israel dengan imbalan bagi ratusan warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.

Namun, proposal tersebut juga menyerukan negosiasi tahap kedua yang pada akhirnya akan mengarah pada berakhirnya perang. Israel mengatakan mereka hanya akan membahas jeda pertempuran dan tidak akan membahas penghentian perang sampai Hamas diberantas.

Sami Abu Zuhri, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan penolakan Israel menunjukkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu "bertekad untuk meneruskan agresi terhadap rakyat kami dan melemahkan semua upaya yang dilakukan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata".

Tergantung pada Washington untuk mendorong sekutunya, Israel, untuk menerima gencatan senjata, katanya. n Lintar Satria/Reuters 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement