REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin senior Hamas yang berbasis di Beirut, Lebanon, Osama Hamdan, di tengah perang genosida yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza menyatakan pihaknya tidak akan menyerah pada rezim zionis dengan syarat apa pun
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak berniat mengakhiri perang, kata Hamdan seperti dikutip Shehab, kantor berita Palestina. Netanyahu selalu menghalangi progres negosiasi, katanya.
Tuntutan rezim zionis soal kesepakatan pertukaran tahanan tidak dapat diterima, kata Hamdan, seraya menambahkan bahwa respons rezim itu baru-baru ini tidak memuaskan warga Palestina.
Menurut Hamdan, rezim Israel tidak mampu membebaskan satu pun tahanan sejak awal perang dan karena itu segala upaya rezim itu bisa dikatakan tidak membuahkan hasil.
Hamdan juga menolak klaim soal terbunuhnya wakil komandan militer Hamas, Marwan Issa. Pembunuhan para pemimpin tidak akan melemahkan perlawanan Hamas, katanya.
Dia menambahkan bahwa pernyataan Gedung Putih, kantor presiden Amerika Serikat, mengenai Marwan Issa mengindikasikan keterlibatan Amerika Serikat dalam genosida di Gaza.
Tentara Israel menyatakan pihaknya menewaskan wakil komandan militer Hamas, Marwan Issa dalam serangan udara awal bulan ini, pada Selasa (27/3/20204).
“Malam ini, setelah memeriksa semua informasi intelijen, kami dapat memastikan tewasnya Marwan Issa dalam serangan udara yang kami lakukan sekitar dua minggu lalu,” kata juru bicara militer Israel Daniel Hagari dalam rekaman pidatonya.
''Bersama Marwan Issa, Ghazi Abu Tamaa tewas dalam serangan itu,'' demikian dalam pernyataan tersebut.
Hagari mencatat bahwa Issa adalah wakil Mohammed Deif, komandan keseluruhan Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, dan salah satu perencana serangan 7 Oktober terhadap Israel tahun lalu.
Issa dan Abu Tamaa gugur dalam serangan yang rumit dan presisi, berdasarkan pengintaian yang diadakan oleh dinas keamanan internal Shin Bet dan intelijen militer, kata Hagari. Belum ada komentar dari Hamas mengenai pembunuhan Issa.
Media Israel pada 10 Maret melaporkan pembunuhan Issa dalam serangan udara di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Klaim tersebut dikonfirmasi Israel pada Selasa malam.
Sementara itu, lebih dari 32.400 warga Palestina telah terbunuh dan hampir 74.800 orang terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.
Perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Israel dituntut akibat melakukan genosida di Mahkamah Internasional pada Januari.
Mahkamah Internasional mengeluarkan putusan sela memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida, dan mengambil tindakan untuk menjamin bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.