Selasa 23 Apr 2024 10:21 WIB

Benarkah Iran dan Israel Dua Bandit Penyebab Anarki di Kawasan?

Reaksi dunia Islam dinilai cukup ringan usai Iran menyerang Israel.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
 Seorang penggemar memegang bendera nasional Iran dan bersorak sebelum pertandingan sepak bola grup B Piala Dunia antara Inggris dan Iran di Stadion Internasional Khalifa di Doha, Qatar, Senin, 21 November 2022.
Foto:

Menurut Karatas, alasan mendasar untuk tidak mendukung Iran adalah perbedaan teologis. Kelompok Syiah berpisah dari Sunni karena klaim mereka bahwa Khalifah Ali, menantu Nabi Muhammad, seharusnya menjadi khalifah pertama dan menuduh tiga khalifah pertama merampas hak Ali untuk mendahului nabi.

Tidak ada perang memperebutkan takhta setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW namun kaum Syiah masih mempertahankan balas dendam mereka. Oleh karena itu, mereka memusuhi Sunni. Selain permusuhan, mereka melihat Sunni sebagai ancaman utama dan terdekat.

Meskipun kelompok Syiah dapat ditemukan di Asia, Afrika dan Eropa, mereka sebagian besar menetap di Timur Tengah dan dipimpin oleh Iran. Iran menerima Syiah sebagai sekte/agama resminya dan telah menyebarkannya sejak Revolusi Iran tahun 1979.

Doktrin Syiah berpendapat bahwa kenabian berlanjut setelah Nabi Muhammad melalui para imam, 11 di antaranya melakukan tugasnya, dan yang tak kasat mata, Muhammad al-Mahdi belum muncul kembali yang terakhir dari Dua Belas Imam yang menurut dugaan Tuhan gaib pada tahun 874 dan terakhir terlihat pada tahun 941.

Sejak itu, kaum Syiah menunggu imam tersembunyi itu kembali dan menegakkan keadilan dan kesetaraan bersama Yesus selama kedatangannya yang kedua kali. Mahdi akan melawan Sofyan (seorang tiran Muslim), Dajjal, dan yang menarik adalah Sunni.

Selanjutnya...

Umroh plus wisata ke mana nih, yang masuk travel list Sobat Republika di Tahun 2024?

  • Turki
  • Al-Aqsa
  • Dubai
  • Mesir
  • Maroko
  • Andalusia
  • Yordania
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement