Rabu 22 May 2024 18:55 WIB

Film IF: Imaginary Friends, Rangkul Inner Child dan Eksplorasi Kenangan Masa Kecil

Film IF: Imaginary Friends, hiburan menyenangkan untuk penonton keluarga.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Foto adegan dalam film IF : Imaginary Friends. Menyimak film IF: Imaginary Friends, bisa merangkul kembali inner child serta mengeksplorasi kenangan masa kecil yang berkesan.
Foto: Dok Paramount Pictures
Foto adegan dalam film IF : Imaginary Friends. Menyimak film IF: Imaginary Friends, bisa merangkul kembali inner child serta mengeksplorasi kenangan masa kecil yang berkesan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mungkin tidak semua orang punya teman khayalan, tapi hampir semua orang pasti memiliki kenangan masa kecil yang sukar dilupakan. Menyimak film IF: Imaginary Friends, bisa merangkul kembali inner child serta mengeksplorasi kenangan masa kecil yang berkesan.

Sedang tayang di bioskop, film arahan sutradara John Krasinski ini menceritakan gadis praremaja bernama Bea (Cailey Fleming) yang menolak jika dirinya disebut masih anak-anak. Anak 12 tahun itu menutup diri dari dunia untuk mengenyahkan kesedihan akibat kehilangan orang tersayang.

Baca Juga

Karena suatu kondisi, untuk sementara Bea harus tinggal di rumah neneknya, Margaret (Fiona Shaw). Di dekat kediaman neneknya itu, Bea berjumpa dengan sejumlah makhluk ajaib teman khayalan alias imaginary friends (IF) yang mulai terlupakan oleh anak-anak lain. 

Bea berkenalan dengan Cal (Ryan Reynolds), tetangga neneknya yang juga memiliki kemampuan yang sama untuk melihat para IF. Mereka berdua saling membantu menjalankan misi agar para IF bisa kembali terhubung dengan anak-anak.

Film untuk semua umur yang sedang tayang di bioskop Indonesia ini cocok disimak untuk seluruh anggota keluarga. Bagi anak-anak, akan menyenangkan menyimak sejumlah karakter menggemaskan, seperti Blue, Blossom, Lewis, Ally, Uni, Keith, dan banyak lagi.

Tokoh Bea dan Cal jadi dynamic duo, dengan hubungan yang semula dingin, tapi lambat-laun menjadi kompak dalam misi mereka. Aksi kocak Cal juga menghadirkan banyak elemen komedi, meski terkadang adegan kesialannya yang justru membuat kisah menjadi lucu.

Bagi orang dewasa, film ini dapat menjadi pengingat untuk tetap bersenang-senang dan tidak mengapa memperlihatkan sisi kanak-kanak dalam berbagai hal. Bahkan, ada beberapa momen yang lebih mengharukan dan menghanyutkan untuk penonton dewasa ketimbang untuk anak-anak.

Minusnya, film ini punya alur cerita yang cukup rumit, sehingga kurang fokus ketika menyimaknya bisa membuat penonton keluar jalur dari cerita dan pemaknaan yang hendak dimaksudkan. Pada beberapa bagian, ada juga adegan imajiner yang terkadang sukar dibedakan dengan kejadian dunia nyata dalam film.

Terlepas dari itu, film yang manis ini adalah hiburan menyenangkan untuk penonton keluarga. Sebuah perayaan untuk masa kanak-kanak, juga pengingat agar selalu melihat hikmah dan sisi positif dari tragedi, bahwa selalu ada pelangi usai terjangan badai.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement