REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Pejabat Mali mengatakan 20 warga sipil tewas dalam serangan ke sebuah desa di Kota Circle of Bankass di wilayah Mopti. Salah satu wilayah yang dilanda pemberontakan kelompok yang berafiliasi dengan al-Qaeda dan ISIS di Mali utara dan tengah sejak 2012.
Walikota Bankass Moulaye Guindo mengatakan orang tak dikenal menyerang warga desa yang sedang dalam perjalanan menuju ladang. "Kemarin kami menghitung 19 kematian tapi hari ini lebih dari 20 orang," katanya, Ahad (26/5/2024).
Pemberontakan Mali berakar pada pemberontakan Tuareg tahun 2012. Kemudian menyebar ke seluruh kawasan Sahel dan sebelah utara negara-negara di pesisir Afrika Barat.
Kelompok pemberontak berhasil memperluas wilayahnya meski upaya militer asing yang mahal sempat berhasil memukul mundur mereka. Pemberontakan yang menyerang kota-kota, desa-desa dan fasilitas militer ini membunuh ribuan orang dan memaksa jutaan lainnya mengungsi.
Kegagalan pemerintah melindungi warga sipil berkontribusi pada dua kudeta di Mali, satu kudeta di Burkina Faso dan satu di Niger sejak 2020 lalu. Pemberontakan awal pada tahun 2012 dipimpin oleh Gerakan Nasional Pembebasan Azawad (MNLA), kelompok separatis Tuareg yang memperjuangkan otonomi untuk wilayah utara yang mereka sebut Azawad. Namun, MNLA segera dibayangi militan Islam, termasuk Ansar Dine dan Al Qaeda di Magribi Islam (AQIM).
Kelompok ini memiliki agenda yang lebih radikal, memanfaatkan keuntungan MNLA dan menguasai banyak wilayah di Mali utara. Perkembangan yang mengkhawatirkan ini mendorong intervensi militer Prancis pada tahun 2013, Operasi Serval, yang mendorong mundur para jihadis dan mengembalikan semacam kendali pemerintah di utara.