Ahad 27 Jan 2019 15:47 WIB

Soedirman Pilih Bergeriliya di Hutan daripada Berobat di RS

Soedirman bisa berobat di Yogya, tapi memilih berperang bersama prajuritnya.

Red: Karta Raharja Ucu
Replika tandu Panglima Besar Jenderal Soedirman beserta patungnya  di Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Soedirman, Yogyakarta.
Foto: Republika/Silvy Dian Setiawan
Replika tandu Panglima Besar Jenderal Soedirman beserta patungnya di Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Soedirman, Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rizky Suryarandika

Sejarawan Anhar Gonggong memandang warisan terbesar Soedirman terletak pada sejumlah prinsip yang mesti diturunkan ke generasi berikut. Pertama, Soedirman selalu ingin berjuang demi rakyatnya tanpa mempertimbangkan kondisi kesehatannya.

Soedirman, kata Anhar, sebenarnya bisa saja berobat dengan tenang di Yogyakarta saat Belanda melancarkan agresi. Sebab, Presiden Sukarno menjamin keselamatan Soedirman. Namun, Soedirman menolak hidup tenang di rumah sakit dan malah bergerilya di hutan.

Kedua, Soedirman ingin tentara bertahan dalam kondisi apa pun, bahkan ketika pemimpin negara tak lagi ada. Pernyataan itu menjadi sikap Soedirman saat mengetahui Soekarno-Hatta ditangkap Belanda. Ketidakadaan pemimpin sempat membuat Indonesia bakal dicaplok kembali oleh Belanda. Sayangnya, upaya Belanda gagal karena tentara tetap eksis.