Senin 10 Jan 2011 01:52 WIB
Melancong Bareng Abah Alwi

Memutar Sejarah dari Masjid An Nawier

Rep: agung sasongko/ Red: Krisman Purwoko
Masjid An Nawier
Foto: Agung Sassongko
Masjid An Nawier

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kawasan Pekojan, Jakarta Utara merupakan kawasan berdirinya sejumlah bangunan masjid yang mendapat pengaruh budaya peranakan Arab dan India. Satu dari sekian masjid yang boleh dibilang bersejarah adalah Masjid An-Nawier. Masjid ini dibangun pada tahun 1760. Konon masjid An-Nawier berkaitan erat dengan masjid tua di Keraton Surakarta dan Banten.

"Masjid ini memiliki keterikatan historis dengan keraton Surakarta dan Keraton Banten. Konon, setiap ada tiap keluarga sultan atau para ulama yang meninggal di Solo, berita ini disampaikan ke Masjid Pekojan agar dilakukan shalat gaib," papar Alwi Shahab kepada para peserta Melancong Bareng Abah Alwi, saat menyambangi Masjid An-Nawier, Pekojan, Jakarta Utara, Ahad (9/1).

Masjid ini, papar Abah, semula hanya sebuah langgar (surau), pada awal abad ke-20 telah diperluas oleh Habib Abdullah bin Husin Alaydrus, yang memiliki tanah sangat luas di Jakarta."Almarhum juga berjasa saat-saat berdirinya perguruan Islam ‘Jamiatul Kheir,’ awal abad ke-20," ujarnya.

Masjid jami dapat menampung sekitar 2.000 jamaah, mimbarnya merupakan hadiah dari Sultan Pontianak Syarif Algadri. Di tengah bangunan terdapat menara yang dahulu selain digunakan sebagai tempat Muazin mengumandakan adzan juga digunakan sebagai menara pengawas. "Dahulu, pemerintah Belanda begitu ketat mengawasi kawasan Pekojan lantaran komunitas Arab dinilai berbahaya bagi pemerintah kolonial," pungkasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement