REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tidak lama lagi, umat Islam di seluruh dunia akan merayakan hari raya Idul Adha 1445 H/2024. Idul Adha yang dalam penanggalan hijriah jatuh pada 10 Dzulhijjah bertepatan dengan sehari setelah para jamaah wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah. Meski demikian, tidak jarang perbedaan tanggal perayaan Idul Adha terjadi.
Pada tahun ini, Muhammadiyah dan Pemerintah Arab Saudi akan merayakan Idul Adha pada tanggal yang berbeda. Dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, penyebab utama perbedaan tersebut terletak pada metode penentuan awal bulan kamariah yang digunakan oleh masing-masing pihak, yakni Wujudul Hilal dan Rukyatul Hilal.
Wujudul Hilal adalah metode yang digunakan oleh Muhammadiyah saat ini untuk menentukan awal bulan kamariah. Menurut metode ini, bulan kamariah baru dimulai apabila pada hari ke-29 bulan berjalan, saat matahari terbenam, terpenuhi tiga syarat secara kumulatif.
Pertama, telah terjadi konjungsi (ijtimak). Kedua, konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam. Terakhir, pada saat matahari terbenam, bulan (piringan atasnya) masih di atas ufuk. Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka umur bulan digenapkan menjadi 30 hari.
Pada 6 Juni 2024, yang bertepatan dengan 29 Zulqa’dah 1445 H menurut kalender Muhammadiyah, konjungsi belum terjadi ketika Maghrib tiba. Konjungsi baru terjadi pada pukul 19:04 WIB, sehingga syarat untuk memulai bulan baru tidak terpenuhi. Oleh karena itu, Muhammadiyah menggenapkan bulan Dzulqa’dah menjadi 30 hari. Dengan demikian, 1 Dzulhijah 1445 H ditetapkan pada Sabtu, 8 Juni 2024, sehingga Idul Adha jatuh pada Senin, 17 Juni 2024.
Saudi gunakan Rukyatul Hilal...