REPUBLIKA.CO.ID, SENTANI -- Pedagang Papua Meri Kbarek selalu menerima pesanan daun ketupat saat perayaan Hari Raya Idul Adha.
"Ibu haji selalu menghubungi kami baik lewat telepon maupun datang langsung ke rumah untuk memperoleh daun ketupat yang sudah dianyam biasanya 1.000 buah," kata Meri Kbarek yang sehari-hari berjualan di Pasar Sentral Youtefa Distrik Abepura Kota Jayapura, Papua di Jayapura, Senin.
Menurut Kbarek, daun kelapa untuk membuat ketupat diperoleh dari pekarangan rumahnya yang memang banyak ditumbuhi pohon kelapa.
"Puji Tuhan setiap Lebaran baik itu Idul Adha maupun Idul Fitri selalu membawah berkat bagi kami, karena pendapatan bisa meningkat dibandingkan dengan hari-hari biasa," ujarnya.
Ia menjelaskan sehari-hari dirinya berjualan sayu mayur yang diperoleh dari kebunnya atau pun dibeli pada pasar malam dan dijual kembali pagi harinya.
"Pendapatan yang diperoleh itu untuk kebutuhan sehari-hari maupun biaya pendidikan anak sekolah," katanya.
Dia menambahkan pesanan daun ketupat juga tidak hanya pada saat momentum Idul Adha maupun Idul Fitri tetapi setiap minggunya pasti ada yang memesan untuk pembuatan ketupat untuk jualan Coto Makassar.
"Kami juga sudah ada langganan daun ketupat yang diambil ibu haji, sehingga kami selalu menyediakan ketika dihubungi," ujarnya.
Daun ketupat kalau dijual per ikat terdapat 10-15 daun yang sudah dianyam dihargai Rp20.000-Rp30.000, dan daun ketupat belum dianyam biasanya dijual Rp50.000 karena jumlahnya banyak.
Persaudaraan
Wakil Ketua MPR RI Fadel Muhammad mengatakan bahwa tradisi Lebaran Ketupat dalam rangka memperingati Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah mendukung terwujudnya semangat persaudaraan dan kebersamaan.
"Kita sebenarnya harus bersyukur sebagai bangsa Indonesia dianugerahi karakter dan jati diri yang sangat menjunjung tinggi persaudaraan dan kebersamaan. Di tambah lagi, banyak sekali tradisi luar biasa yang mendukung terwujudnya hal itu, salah satunya tradisi Lebaran Ketupat ini," kata Fadel dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Hal itu disampaikan-nya saat menjadi narasumber utama acara Sarasehan Kehumasan MPR RI bertema "Membangun Komunitas yang Kuat dengan Cara Mempererat Silaturahmi dan Persaudaraan", kerja sama MPR dengan Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia (GPMI) Provinsi Gorontalo, di Kota Gorontalo, Selasa (16/4).
Dia menilai perayaan Lebaran Ketupat merupakan momentum yang tepat bagi seluruh elemen bangsa untuk merenung dan kembali introspeksi diri tentang upaya persatuan demi mewujudkan kesejahteraan bersama.
Mantan Gubernur Gorontalo itu pun menjabarkan bahwa kebersamaan yang ada pada tradisi Lebaran Ketupat sesuai dengan implementasi Empat Pilar MPR RI yakni Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Di sisi lain, Fadel juga mengapresiasi sekali penyelenggaraan kegiatan Sarasehan Kehumasan MPR RI yang ternyata banyak diikuti oleh generasi muda.
"Generasi muda memang sudah semestinya memahami tentang kebangsaan salah satunya seputar lembaga MPR RI sebagai rumah besarnya rakyat," ucap pimpinan MPR dari Kelompok DPD RI itu.
Selain paparan materi dari narasumber yang kompeten, acara tersebut juga diisi tanya jawab dan dialog interaktif.
Sebagaimana diketahui, acara Sarasehan Kehumasan MPR RI merupakan program yang bertujuan untuk lebih memperkenalkan lembaga MPR RI dan semua produk-produknya dengan target peserta seluruh elemen masyarakat, terutama generasi muda bangsa.