Kamis 20 Jun 2024 20:40 WIB

Iman Ibarat Mendayung di Samudra, Bagaimana Saat Kita Ragu tak Sampai?

Iman ada kalanya naik dan turun karena maksiat

Ilustrasi berdoa dengan penuh keimanan. Iman ada kalanya naik dan turun karena maksiat
Foto: EPA-EFE
Ilustrasi berdoa dengan penuh keimanan. Iman ada kalanya naik dan turun karena maksiat

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA—Keraguan tentang keberadaan Tuhan tak jarang dialami oleh orang-orang yang beriman. Bahkan beberapa sahabat Nabi SAW, juga pernah mengalami hal yang serupa.

Dan karena mereka hidup di masa Rasulullah SAW, maka hal itu biasanya langsung mereka tanyakan kepada beliau. ''Wahai Nabi Allah, ada ganjalan di dalam jiwa saya. Lebih baik rasanya terjerumus ke jurang yang dalam dari pada mengucapkannya,'' seorang sahabat mengadu kepada Rasulullah tentang keraguannya terhadap keberadaan Tuhan SWT.

Baca Juga

'Apakah kalian telah merasakan itu? '' tanya Rasulullah SAW. ''Kami merasakannya,'' jawab para sahabatnya. ''Alhamdulillah, Itulah iman,'' jelas beliau kemudian.

''Alhamdulillah Tuhan menggagalkan tipu daya setan sehingga hanya menjadikannya keraguan,'' lanjut Nabi Muhammad SAW.

Berdasarkan dari penjelasan Nabi SAW itu, maka dapat disimpulkan bahwa apa yang saudara rasakan itu, adalah iman dalam peringkatnya yang awal. 'Iman' menurut pengertian bahasa adalah 'pembenaran hati'.

Tentunya, dari segi pandangan agama, bukan semua pembenaran dinamai 'iman'. Iman terbatas pada pembenaran menyangkut apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW yang pokok-pokoknya tergambar dalam Rukun Iman yang enam itu: Percaya akan 1) Keesaan Allah, 2) Wujud Malaikat, 3) Kitab-kitab Suci, 4) Nabi dan Rasul-rasul Allah, 5) Hari Kemudian, dan 6) Qadha serta QadarNya.

Peringkat iman dan kekuatannya berbeda antara seorang dengan lainnya, bahkan dapat berbeda antara satu saat dengan saat lainnya pada diri seseorang. Al-Imaan yaziidu wa yanqushu (Iman itu dapat bertambah dan dapat berkurang), begitulah keadaan iman itu.

Boleh jadi iman seseorang sedemikian kuatnya sehingga ia berkata, ''Seandainya tabir keghaiban terbuka, aku tidak bertambah yakin lagi.'' Ini disebabkan karena keyakinannya sedemikian sempurna bagaikan telah melihat dengan mata kepala objek-objek keimanan itu.

Iman dirasakan oleh seseorang, tetapi sulit baginya apalagi bagi orang lain melukiskan perasaan itu. Iman bagaikan rasa kagum atau cinta, hanya dirasakan oleh pemiliknya.

Dan dalam saat yang sama si pencinta atau pengagum, selalu diliputi oleh tanda tanya bagaimana gerangan sikap yang dicintai dan dikagumi itu terhadap si pengagum dan pencinta?

Abdul Karim al-Khatiib dalam bukunya Qadhiyat al-Uluhiyah berusaha melukiskan keadaan seseorang yang beriman, yang menurutnya bagaikan keadaan seseorang yang sedang mendayung perahu di tengah samudera dengan ombak dan gelombang yang dahsyat lagi bergemuruh.

Nun jauh di sana tampak pulau yang dituju. Ketika itu, pasti timbul dalam benak si pendayung, suatu ketidakpastian dan keraguan yang menimbulkan tanda tanya: Dapatkah tiba di pulau yang dituju itu?

Nah, demikian itu pula halnya iman pada tahap-tahap awalnya, akan timbul berbagai tanda tanya dalam benak yang beriman, tentang objek-objek keimanannya. Hal semacam ini, pernah dialami oleh Nabi Ibrahim A.S. menyangkut keimanan tentang Hari

Kemudian. Gejolak jiwa beliau yang diliputi oleh tanda tanya itu, diungkapkannya kepada Allah SWT seperti yang diabadikan dalam Quran, surat Al-Baqarah 2: 260.

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي ۖ قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَىٰ كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا ۚ وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”

Ibnu Abbas, salah seorang sahabat Nabi SAW yang paling banyak tahu Alquran berkomentar tentang ayat tersebut, ''Tidak satu ayat pun yang memberi harapan kepadaku lebih besar dari ayat ini.''

Komentar Ibnu Abbas ini lebih jelas maknanya jika dikaitkan dengan komentar Rasul SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah bahwasanya beliau bersabda ketika membaca ayat ini,''Kita lebih wajar memiliki 'semacam' keraguan dibandingkan dengan Ibrahim AS yang berkata: 'Wahai Tuhan tunjukkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan yang mati'.''

Kita berkewajiban memupuk terus iman tersebut, baik dengan banyak membaca maupun dengan banyak beribadah. Sehingga semakin berkurang bahkan kalau dapat hilang sama sekali berbagai pertanyaan semacam itu. Semoga saudara berhasil.

photo
8 Syarat Diterimanya Amal Kebaikan Seseorang - (republika)

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement