Selasa 23 Jul 2024 15:06 WIB

Permintaan Maaf Lengkap Nurul Usai Mundur dari Fatayat Akibat Foto dengan Presiden Israel

Nurul mengaku keadaannya saat ini sangat buruk

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Nurul Bahrul Ulum
Foto:

Keempat, saya memohon maaf kepada teman-teman saya baik yang jauh maupun yang dekat karena mengalami cacian, makian, hujatan, dan doxing secara berkala yang mengakibatkan mereka harus absen dari media sosialnya hanya karena berteman dengan saya. 

Saya juga memohon maaf kepada orang tua saya, suami saya, adik-adik saya, anak-anak saya, dan keluarga besar saya. Mama yang di kampung sehari-hari mengurus santri kalong, yang mengaji dan hampir setiap hari ada jadwal pengajian mingguan di lokasi yang berbeda, harus terkena dampak hujatan dan bombardir pertanyaan karena kelemahan anaknya ini.

Bapak yang hampir 24 jam hidupnya memikirkan bagaimana supaya Nahdlatul Ulama diranting-ranting bisa hidup dan terus bergerak, harus ikut menjadi bulan-bulanan hujatan keluarga dekat maupun jauh, jamaahnya, teman-temannya, dan komunitasnya karena kedhaifan anaknya ini.

Adik-adik saya, mohon maaf, kalian harus mengalami stres berat beberapa hari ini, ikut menderita berhari-hari, menghadapi begitu banyak cacian, makian, kemarahan, dan kebencian yang dilontarkan karena memiliki seorang kakak yang khilaf ini. 

Terakhir, saya memohon berjuta maaf kepada keluarga kecil saya, suami saya, yang tak hanya media sosial dan WhatsApp pribadinya yang dibanjiri hujatan, cacian, makian, dan kemarahan karena dianggap tak bisa mendidik istrinya, tetapi juga beban psikologis yang dideritanya karena kecaman terhadap dirinya dan teman-teman dan keluarganya karena memiliki istri yang penuh dengan kekurangan ini.

Anak-anakku yang setiap hari selalu memeluk dan mencium dengan tulus, berusaha menjauhkan bunda dari media sosial dan melarang bunda untuk membaca komentar-komentar negatif, memastikan bunda makan yang cukup dan tidak sendirian, ikut gelisah dan mencoba memahami situasi, bunda gak sanggup berkata apapun kepada kalian. Bunda tak punya nyali untuk menghadap kalian. Bahkan sekadar membuka pusan yang penuh dengan dukungan kasih sayang dari kalian. Bunda tak sanggup. Jika ada kata yang lebih tinggi dari mohon maaf, maka itulah yang sangat ingin bunda katakan.

Teman-teman, keluarga, para guru dan seluruh masyarakat Indonesia dan warga Palestina, jika pun pintu maaf masih belum terbuka bagi saya, sangat tidak apa-apa. Saya terima dengan sangat ikhlas. Saya akan menjadikan ini sebagai penghapus dosa saya, meskipun tentu tidak akan cukup, apalagi dibandingkan dengan luka teman-teman dan terutama luka rakyat Palestina.

Selanjutnya, sebagai seorang manusia, saya tentu mengutuk keras atas segala kejahatan kemanusiaan yang dilakukan siapapun, termasuk oleh Zionis Israel terhadap rakyat Palestina.

Sebagai rakyat Indonesia yang berpegang teguh pada Pancasila dan konstitusi negara, saya berada di belakang Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang konsisten memperjuangkan pembebasan Palestina dari penjajahan dan kejahatan kemanusiaan Zionis Israel.

Sebagai warga Nahdlatul Ulama, saya berada di belakang ketua umum PBNU yang gigih mewujudkan perdamaian dunia, terutama Palestina dan Israel, serta tegak lurus terhadap perjuangan rakyat Palestina. 

Sebagai aktivis perempuan, saya sangat mengutuk perang yang hanya mengakibatkan perempuan semakin tertindas, terpuruk, dan menjadi korban yang tak terbayangkan bagaimana nasib para perempuan di Palestina yang tubuhnya mengalami proses reproduksi yang sangat kompleks dan menyakitkan berada di situasi perang. 

Sebagai seorang ibu, saya juga menolak keras agresi Israel terhadap Palestina yang mengakibatkan anak-anak kehilangan masa depannya terlantar, terluntar-luntar, dan bahkan kehilangan tubuh dan jiwanya. 

Kedepannya saya berkomitmen untuk terus ikut serta terlibat dalam menciptakan perdamaian, baik di tingkat lokal, nasional maupun global, serta mewujudkan Islam rahmatan lil alamin dan keadilan bagi semua. 

Terakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih dengan penuh tulus kepada teman-teman dan keluarga saya, baik yang mengecam saya, memarahi saya, menghujat saya, maupun yang menasihati sembari memeluk saya. Berkat panjenengan semua, saya sadar dan mendapatkan banyak pelajaran. 

Terima kasih yang mendalam, juga kepada mahasantri, keluarga, dan teman-teman yang sudah tabayun sebelum memutuskan untuk mengecam saya yang kecewa tetapi memilih diam dan tidak mengutarakan kekecewaannya, yang kecewa tetapi memilih untuk memeluk saya dan mengungkapkan kekecewaannya, dan yang berkirim pesan untuk bertanya kabar memeluk saya dan support saya, juga kepada yang masih meyakini, mengenal dan percaya bahwa saya adalah Nurul yang kalian kenal dan percaya bahwa saya tidak mungkin tidak memperjuangkan dan tidak membela warga Palestina untuk memperoleh keadilan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan yang layak secara kemanusiaan,  kalian sangat berharga bagi saya. Jika bukan karena kalian, saya tidak punya kekuatan untuk melanjutkan hidup di tengah kondisi yang hancur ini. 

Seluruh kejadian ini saya jadikan pengalaman dan pelajaran berharga untuk hidup lebih baik ke depannya, baik dalam mempertimbangkan suatu tindakan yang memungkinkan melahirkan kemudharatan seperti sekarang ini maupun dalam memperteguh nilai-nilai keislaman, kebangsaan, keadilan dan kemaslahatan dalam kerja-kerja kemanusiaan. Wal afwa minkum. Wallahul muwafiq ila aqwamit thariq. Wasaalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dari tokoh ramai dibicarakan ini, siapa kamu jagokan sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement