Jumat 09 Aug 2024 17:19 WIB

Tersangka Teror di Konser Taylor Swift Austria Berencana Bunuh Sebanyak Mungkin Orang

Tiga konser Taylor Swift dibatalkan di Wina.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Indira Rezkisari
Taylor Swift
Foto: AP Photo/Toru Hanai
Taylor Swift

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Polisi di Austria telah menginterogasi tiga remaja yang diduga merencanakan serangan bunuh diri di konser Taylor Swift, yang memicu kekhawatiran baru mengenai indoktrinasi anak muda secara online. Menurut Menteri Dalam Negeri Austria, Gerhard Karner, badan-badan intelijen asing membantu pihak berwenang mengungkap dugaan rencana tersebut.

Seorang sumber yang mengetahui hal ini mengatakan bahwa AS mengeluarkan peringatan kepada pihak berwenang di Wina.

Baca Juga

Pihak penyelenggara membatalkan tiga konser yang dijadwalkan berlangsung di ibu kota Eropa tersebut dari Kamis hingga Sabtu. Para penyidik menemukan tumpukan bahan kimia, alat peledak, detonator, dan uang palsu senilai 21 ribu euro di rumah tersangka utama, seorang simpatisan ISIS berusia 19 tahun yang telah diradikalisasi secara online, menurut pihak berwenang.

Pemuda tersebut yang ditangkap pada Rabu pagi di kota Ternitz di bagian timur Jerman berencana untuk bunuh diri dan membunuh sebanyak mungkin orang, menurut kepala badan intelijen domestik, Omar Haijawi-Pirchner. “Dia mengatakan bahwa dia bermaksud untuk melakukan serangan dengan menggunakan bahan peledak dan pisau. Tujuannya adalah untuk membunuh dirinya sendiri dan sejumlah besar orang selama konser berlangsung, baik hari ini atau besok,” kata Haijawi-Pirchner seperti dilansir CNN, Jumat (9/8/2024).

Dua tersangka lainnya ditahan, berusia 17 dan 15 tahun. Remaja berusia 17 tahun itu bekerja di sebuah perusahaan fasilitas yang akan menyediakan layanan di lokasi konser. Dia berada di dekat stadion saat ditangkap dan baru saja putus dengan pacarnya, menurut Haijwai-Pirchner.

Tidak banyak yang diketahui tentang remaja berusia 15 tahun itu. Jaksa penuntut akan memutuskan nanti apakah dia adalah seorang saksi atau terlibat langsung dalam rencana yang dituduhkan.

Ketiganya merupakan kelahiran Austria dengan latar belakang Turki, Makedonia Utara atau Kroasia. Ketiganya berhubungan dengan orang-orang lain yang mengetahui rencana tersebut, kata direktur jenderal keamanan publik negara itu, Franz Ruf.

Pembatalan konser Swift memicu luapan rasa patah hati, kesedihan, dan kelegaan di antara para Swifties yang berharap dapat menghadiri Eras Tour yang memecahkan rekor di Wina. Dipuji sebagai fenomena budaya, tur Eras Swift telah menjadi berita utama karena meningkatkan perekonomian kota-kota yang dikunjunginya.

Tur yang penuh kejutan ini dimulai di Glendale, Arizona pada bulan Maret 2023, dan telah diperpanjang beberapa kali. Wina dijadwalkan menjadi tempat terakhir dari rangkaian tur Eropa, dengan Swift akan tampil selama lima malam di Stadion Wembley, London, selama dua pekan ke depan, sebelum beralih ke Kanada pada bulan November dan Desember.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement