Senin 23 Sep 2024 09:05 WIB

Manisnya Buah Kesabaran

Akhirnya, kaum musyrikin Makkah sendiri yang membatalkan poin Perjanjian Hudaibiyah.

Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: MgIt03
Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Jandal bin Suhail adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia teguh berpegang pada iman dan Islam walaupun dimusuhi keluarganya sendiri. Bapaknya, Suhail bin Amr merupakan salah satu gembong kaum musyrikin Makkah.

Abu Jandal pernah mengalami dilema, yakni ketika penandatanganan Perjanjian Hudaibiyah terjadi. Kesepakatan itu mengikat antara kaum Muslimin dan musyrikin.

Baca Juga

Saat Perjanjian Hudaibiyah sedang ditulis, Abu Jandal yang dalam keadaan terbelenggu memaksa masuk ke dalam tenda tempat perundingan. Ia segera ditarik oleh ayahnya sendiri, yang tergolong kafir.

Dengan keras, Suhail menampar putranya. Tidak cukup dengan itu, musyrik tersebut juga menendang dan membanting anak itu hingga kepayahan.

"Wahai kaum Muslimin, apakah aku akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik!? Mereka pasti akan melakukan segalanya untuk memaksaku murtad!” seru Abu Jandal.

Suhail langsung menyela, sembari telunjuknya diarahkan kepada Nabi SAW, “Wahai Muhammad! Perjanjian antara kami dan kalian sudah ditulis sebelum Ibnu Suhail masuk ke tenda ini!”

Butir perjanjian yang dimaksud adalah: “Jika seorang lelaki dari Makkah datang kepada Muhammad, walaupun ia telah memeluk Islam, maka Muhammad harus mengembalikannya kepada kami (kaum Quraisy).”

Rasulullah SAW diam. Tentu saja, Nabi SAW sangat berat untuk membiarkan sahabatnya kembali ke tengah kaum musyrikin. Bagaimanapun, beliau tidak mau melanggar perjanjian yang baru saja disepakati.

Kemudian, Rasul SAW berpesan kepada Abu Jandal, “Wahai Abu Jandal, bersabarlah dan berharaplah pertolongan dari sisi Allah. Sungguh, Allah akan memberikan jalan keluar bagimu dan orang-orang Muslim yang lemah sepertimu. Mereka (kaum musyrik) telah bersepakat dalam perjanjian ini sehingga kita tidak mungkin berkhianat.”

Hari berganti hari seusai penandatanganan Hudaibiyah. Abu Jandal merasa, tibalah saatnya memulai ikhtiar. Ia mengumpulkan 70 Muslimin yang senasib dengannya di Makkah. Disusunlah taktik untuk membebaskan diri dari tahanan Quraisy.

Pada suatu malam, rencana itu dijalankan. Mereka berhasil melarikan diri dari Makkah. Namun, tujuannya bukanlah menyusul Nabi SAW di Madinah. Sebab, ada kekhawatiran bahwa Rasulullah SAW—yang masih terikat Perjanjian Hudaibiyah—akan mengembalikan mereka kepada kafir Quraisy Makkah.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement