Senin 30 Sep 2024 00:31 WIB

Soal Pembubaran Diskusi Kemang, Politikus PKB : Jangan Mendiamkan Premanisme

Kejadian itu sangat mengganggu demokrasi dan hak asasi manusia.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Teguh Firmansyah
Dua tersangka kasus pembubaran paksa diskusi berjalan usai konferensi pers yang digelar Polda Metro Jaya di Jakarta, Ahad (29/9/2024). Polda Metro Jaya telah menangkap lima orang dan telah menetapkan dua tersangka terkait kasus pembubaran paksa acara diskusi Silaturahmi Kebangsaan Diaspora Bersama Tokoh dan Aktivis Nasional yang digelar Forum Tanah Air (FTA) di Kemang, Jakarta Selatan pada Sabtu (29/9/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir
Dua tersangka kasus pembubaran paksa diskusi berjalan usai konferensi pers yang digelar Polda Metro Jaya di Jakarta, Ahad (29/9/2024). Polda Metro Jaya telah menangkap lima orang dan telah menetapkan dua tersangka terkait kasus pembubaran paksa acara diskusi Silaturahmi Kebangsaan Diaspora Bersama Tokoh dan Aktivis Nasional yang digelar Forum Tanah Air (FTA) di Kemang, Jakarta Selatan pada Sabtu (29/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Harian Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Najmi Mumtaza Rabbany atau Gus Najmi merasa terganggu dengan peristiwa pembubaran forum diskusi yang dihadiri sejumlah tokoh nasional di Kemang, Jakarta Selatan. Gus Najmi mendorong agar aksi premanisme semacam itu dilawan.

"Kejadian ini sangat mengganggu kita semua, terutama bagi kita yang percaya pada demokrasi dan hak asasi manusia," kata Gus Najmi dalam keterangannya pada Ahad (29/9/2024).

Baca Juga

Gus Najmi mengingatkan kebebasan berpendapat adalah hak yang sangat berharga. Dalam konstitusi, Pasal 28E dan 28F menjamin hak setiap orang untuk berbicara dan berkumpul secara damai. Namun, menurutnya, apa yang terjadi di Kemang menunjukkan hak-hak ini masih terancam. "Kita tidak bisa diam saja saat premanisme mengintimidasi diskusi yang seharusnya menjadi wadah untuk bertukar ide dan gagasan," ujar Gus Najmi.

Berdasarkan laporan dari Freedom House, kebebasan sipil di Indonesia menunjukkan penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Ini adalah fakta yang menurut Gus Najmi mengkhawatirkan.

"Kita tidak bisa membiarkan suasana intimidasi dan ketakutan membungkam suara-suara kritis kita. Kita perlu memastikan bahwa setiap orang, tanpa terkecuali, dapat berbicara dan berdiskusi tanpa rasa takut," ujar Gus Najmi.

Oleh karena itu, Gus Najmi mengapresiasi langkah kepolisian yang telah mencatat laporan terkait insiden ini. Namun, semua harus memastikan tindakan tegas diambil terhadap pelaku premanisme ini.

"Kita tidak ingin kejadian serupa terulang di masa depan. Kita, sebagai generasi muda, harus berani bersuara untuk melawan ketidakadilan," ucap Gus Najmi.

Gus Najmi juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga ruang publik sebagai tempat yang aman untuk berdiskusi dan berpendapat.

"Kita harus bersatu untuk melawan intimidasi dan untuk memperjuangkan kebebasan berbicara. Dengan melindungi hak-hak ini, kita sedang memperjuangkan masa depan Indonesia yang lebih baik dan lebih demokratis," ucap Gus Najmi.

Sebelumnya, diskusi Forum Tanah Air yang digelar di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, pada Sabtu (28/9), dibubarkan secara paksa oleh sejumlah orang.

Diskusi tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh yang selama ini dikenal kritis terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yaitu Din Syamsuddin, Marwan Batubara, Refly Harun, Said Didu, Sunarko, Rizal Fadhilah. Kemudian Tata Kesantra dan Ida N Kusdianti selaku Ketua dan Sekretaris Jenderal Forum Tanah Air.

Sejumlah orang tersebut sebelum acara diskusi dimulai melakukan demonstrasi di depan Hotel Grand Kemang. Saat acara akan dimulai, massa masuk ke dalam ruangan tempat diskusi berlangsung dan mulai melakukan aksi perusakan

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement