Terkait situasi keuangan domestik, Hever mengatakan lebih dari 46.000 bisnis telah bangkrut. Sementara entitas yang lebih besar pun merasakan dampak finansial.
“Pelabuhan Eilat juga bangkrut, yang merupakan satu-satunya pelabuhan yang dimiliki Israel di Laut Merah,” ujar Hever.
“Pariwisata berada di angka nol. Tidak ada pariwisata ... Secara keseluruhan, investasi internasional di Israel hampir nol.”
Kekhawatiran besar, kata Hever, adalah sektor teknologi tinggi Israel, yang dulu merupakan bagian terpenting dari ekonomi Israel. Perusahaan-perusahaan teknologi tinggi di Israel saat ini tengah menggunakan semua sumber daya untuk mencoba pindah lokasi operasional perusahaan.
"Mereka sangat khawatir bahwa mereka tidak bisa beroperasi di Israel dalam kondisi saat ini,” kata Hever.
Perusahaan-perusahaan ini sekarang berusaha menjual diri mereka ke luar. Hever memberikan contoh perusahaan keamanan siber Israel, Wiz, yang sedang mengincar akuisisi oleh Google senilai 23 miliar dolar AS (sekitar Rp358,8 triliun).
“Tapi, tentu saja, Google membatalkan kesepakatan ini. Mereka tidak pernah membeli ... Mereka tidak ingin melakukan investasi semacam itu.”