REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Surat Maryam mempunyai sejumlah sisi yang menarik untuk dikaji. Salah satunya adalah dari sisi penamaan surat yang tergolong Makkiyah, turun di Makkah ini.
Thahir bin Asyur dalam kitabnya, at-Tahrir wa at-Tanwir menjelaskan nama surat ini dalam Alquran, kitab-kitab tafsir dan sebagian besar kitab-kitab Sunnah adalah Surat Maryam.
Nama ini diriwayatkan dari Nabi SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Thabarani, al-Dailami, Ibnu Mandah, Abu Naim, dan Abu Ahmad al-Hakim.
عن أبي بكر بن عبد الله بن أبي مريم الغساني عن أبيه عن جده أبي مريم قال : أتيت النبي صلى الله عليه وسلم فقلت : يا رسول الله إنه ولدت لي الليلة جارية ، فقال : والليلة أنزلت علي سورة مريم فسمها مريم
Abu Bakar bin Abdullah bin Abi Mariam al-Ghassani meriwayatkan dari ayahnya, dari kakeknya, Abu Maryam, ia berkata, “Aku datang kepada Nabi SAW dan berkata, 'Wahai Rasulullah, seorang anak perempuan telah lahir untukku malam ini." Rasulullah SAW menjawab, "Dan malam ini pula surat Maryam diturunkan kepadaku." Lalu Rasulullah SAW memberikan anak perempuannya nama Maryam, sejak itulah terkenal dengan sebutan Abu Maryam, padahal nama aslinya adalah Nadzir, sahabat dari golongan Anshar.
Ibnu Abbas menamainya Surat Kaaf Haa Yaa Aiin Shaad. Penamaan yang sama terdapat dalam Shahih al-Bukhari , dan dalam kitab tafsir di sebagian besar salinan yang paling otentik.
Jalaluddin as-Suyuthi dalam al-Itqan tidak memasukkannya ke dalam surat-surat yang dinamai dengan dua nama, mungkin karena ia tidak melihat nama yang kedua sebagai sebuah nama.
Surat ini adalah surat Makkah menurut mayoritas ulama. Dan dari Muqatil: Ayat al-Sajdah adalah ayat Madaniyah. Pernyataan ini tidak benar karena ayat ini berkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya, kecuali jika ayat ini disandarkan pada konteks turunnya, maka ini tidak masuk akal.
Al-Suyuthi menyebutkan dalam al-Itqan bahwa ayat tersebut adalah Madani, namun ia tidak menisbatkannya kepada siapa pun.
Surat ini merupakan surat ke empat puluh empat dalam urutan wahyu, diturunkan setelah Surat Fatir dan sebelum Surat Taha. Turunnya surat Taha sebelum keislaman Umar bin Khattab, sebagaimana diambil dari kisah keislamannya, sehingga surat ini turun pada tahun keempat dakwah, meskipun surat ini turun di Makkah.