Rabu 13 Nov 2024 15:25 WIB

Gibran Banggakan Peningkatan Toleransi di Solo, Padahal Pernah Disebut Antek China

Gibran sebut usahanya mengangkat Kota Solo berhasil berkat saling dialog.

Rep: Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Teguh Firmansyah
Wakil Presiden Terpilih Gibran Rakabuming Raka.
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Wakil Presiden Terpilih Gibran Rakabuming Raka.

REPUBLIKA.CO.ID, SULAWESI – Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka membanggakan soal prestasi peningkatkan toleransi kota Solo semasa menjabat sebagai wali kota Solo. Ia mengatakan, kalau semasa ia memimpin, Solo sempat menjadi kota toleransi nomor 4.

"Bapak ibu tahulah bahwa saya sebelumnya adalah wali kota Solo, mungkin yang belum pernah ke Solo mungkin pernah dengar juga kalau Solo kota yang agak kurang toleran," kata Gibran dalam sambutannya di Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan, Rabu (13/11/2024).

Baca Juga

Gibran menceritakan bagaimana pemerintah daerah sering mendapatkan protes karena memasang ornamen-ornamen ketika ada perayaan Imlek.

"Jadi kalo di Solo tiap tahun ada perayaan Imlek, dan tiap tahun dari pemerintah memasang ornamen ornamen Imlek, patung-patung dari semua shio tapi gak tau ya kenapa pada saat saya menjabat itu banyak sekali yang protes," katanya.

Bahkan, Gibran sempat mengatakan kalau Kota Solo pernah disebut sebagai cabang Tiongkok hingga antek-antek China. "Padahal sebelumnya wali kota-wali kota sebelumnya gak ada yang protes jadi ini tiap hari isinya protes terus. Lha ini Solo disebut sebagai cabang Tiongkok antek antek China," katanya.

Selain itu, Gibran juga mengatakan ketika perayaan Natal pemerintah juga ikut memasang ornamen dan diprotes. Namun, ia malah meminta untuk panitia even Imlek hingga Natal untuk memperbesar acara ke depan. 

"Jadi kita mau merayakan Natal kita pasang pohon natal ornamen natal banyak yang protes juga. Tapi kalo tiap kali diprotes ya saya tidak mundur, justru saya bilang ke panitianya panitia Imlek, panitia Natal, tahun depan di gedein aja," katanya.

Gibran mengatakan, usahanya dalam mengubah kota Solo dapat berhasil berkat adanya silang dialog dengan sejumlah tokoh lintas agama. Akhirnya, kata ia, pemerintah berhasil menaikkan tingkat toleransi kota Solo hingga menjadi nomor 4.

"Terus, nah ini puncaknya adalah Solo masuk ke sebagai kota toleran nomor 9 lalu tahun depannya naik lagi sebagai kota toleran nomor 4. Jadi ini kerja keras seluruh warga dukungan dari semua tokoh agama, kiai, Romo-romo, pendeta semua, ini gotong royong ya biar image-nya Solo tidak seram seperti dulu," katanya.

"Jadi intinya di sini dibutuhkan dialog, dialog yang damai dorongan-dorongan dari semua tokoh agama, anak anak muda tokoh tokoh muda ini semuanya gotong royong agar hal hal seperti ini tidak terjadi lagi," katanya mengakhiri.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement