REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Sugiono, menghadiri Conference on Indonesian Foreign Policy (CIPF) 2024 yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta. Dalam sambutannya, Sugiono mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Pendiri FPCI Dino Patti Djalal yang mengundangnya ke forum ini.
Sugiono memulai pidatonya dengan menyapa Yang Mulia Pangeran Turki Al Saud, Ketua Pusat Penelitian King Faisal untuk Studi Islam, serta Yang Terhormat Dr Martina Natalegawa, mantan Menteri Luar Negeri Indonesia, dan Prof Dewi Fortuna Anwar, salah satu pendiri FPCI. Ia juga mengapresiasi kehadiran mantan duta besar, mantan menteri luar negeri, dan rekan-rekan dari cabang FPCI yang datang dari berbagai kampus di seluruh Indonesia.
"Saya sangat menghargai kehadiran Anda semua di sini. Beberapa dari Anda melakukan perjalanan berjam-jam dan berhari-hari untuk sampai ke Jakarta," ujarnya, Sabtu (30/11/2024). Sugiono menekankan bahwa kehadirannya di konferensi ini merupakan kehormatan besar baginya, terutama karena ia baru menjabat sebagai menteri luar negeri selama lebih dari sebulan.
Dalam pidatonya, Sugiono mengungkapkan kekagumannya terhadap perjalanan FPCI yang telah dibangun Dino dan Dewi Fortuna Anwar selama sepuluh tahun terakhir. "Saya bisa melihat semangat, idealisme, dan harapan semua peserta di ruangan ini tentang bagaimana Indonesia dapat berkontribusi pada hubungan internasional dan menjadi pemain global untuk menjaga perdamaian dan ketertiban," katanya.
Sugiono juga mencatat bahwa meskipun ia merasa sebagai menteri luar negeri yang muda, ia menyadari banyaknya generasi muda yang bercita-cita untuk memberikan dampak dalam diplomasi Indonesia. "Saya percaya banyak di antara Anda suatu hari nanti akan berada di posisi saya sekarang," tambahnya.
Meskipun merasa sedikit gugup, Sugiono menegaskan bahwa ia tidak ingin berpura-pura mengetahui lebih banyak tentang diplomasi daripada para ahli yang hadir. "Melihat Anda di sini memberi saya semangat. Itu berarti saya tidak akan sendirian di panggung kementerian luar negeri ini, tetapi saya akan memiliki banyak dukungan dari Anda semua," ujarnya.
Sugiono kemudian membahas arah kebijakan luar negeri Indonesia di masa depan. Ia menegaskan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia, seperti yang dinyatakan oleh Presiden Prabowo, tidak akan mengubah arah dari apa yang telah dipatuhi selama ini. "Kita tetap non-blok, tidak bergabung dengan pakta militer atau blok militer mana pun," jelasnya. Ia menekankan bahwa kepentingan rakyat Indonesia adalah berteman dengan semua orang dan tidak memiliki musuh.
Mengutip pidato pelantikan Presiden Prabowo, Sugiono menyatakan bahwa Indonesia memilih kebijakan luar negeri yang independen dan aktif demi kepentingan nasional. "Kepentingan nasional kita adalah menjadikan Indonesia sebagai tetangga yang baik bagi semua negara di sekitarnya," katanya.
Menanggapi tema konferensi yang menanyakan apakah kekuatan menengah dapat menenangkan badai dan memperbaiki dunia, Sugiono memberikan pandangannya. "Badai adalah tindakan alam. Kita tidak bisa menenangkan badai. Apa yang harus kita lakukan adalah bagaimana menavigasi badai tanpa terbalik di dalamnya," ujarnya.
Ia menekankan konflik dan ketegangan adalah bagian dari sifat manusia yang historis. Sugiono menegaskan posisi Indonesia adalah bagaimana menavigasi badai tersebut dan bertahan sebagai sebuah bangsa.
"Ini juga merupakan kepentingan nasional kita karena Indonesia, yang memproklamirkan kemerdekaannya pada tahun 1945, bertujuan untuk menjadi bagian dari komunitas global selama ribuan tahun ke depan," tambahnya.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga posisi Indonesia sebagai teman baik dan tetangga yang baik, tanpa mengorbankan martabat dan kedaulatan negara. "Kita ingin berdiri tegak bersama negara-negara lain di dunia," katanya.
Sugiono menjelaskan kehadirannya di BRICS merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan keselarasan ekonomi demi kemakmuran rakyat. "Kita harus bergabung dengan kelompok multilateral untuk kepentingan nasional kita. Kita tidak ingin terikat pada blok mana pun yang dapat membahayakan kepentingan nasional kita," ujarnya.
Ia menambahkan Indonesia aktif berpartisipasi dalam berbagai kelompok multilateral, termasuk BRICS, OECD, CPTPP, dan IPTF, untuk membawa nilai bagi negara. "ASEAN juga merupakan hal yang sangat penting di kawasan kita," katanya.
Sugiono juga menyoroti pentingnya menjalin hubungan baik dengan pemimpin baru di ASEAN. "Saya ingin memperkenalkan diri lagi sebagai menteri termuda dan memberikan penghormatan kepada senior saya di kawasan ini," ujarnya.
Dalam penutup pidatonya, Sugiono menekankan komitmen Indonesia untuk membantu menyelesaikan tantangan global, termasuk kelangkaan pangan, akses terhadap air, dan krisis energi. "Kami akan mendorong upaya kami untuk memenuhi target ASEAN Comprehensive Framework for Green Technology (ACGT)," katanya.
Sugiono berharap dengan dukungan semua pihak, Indonesia dapat terus berkontribusi dalam menjaga perdamaian dan stabilitas global. "Saya menyaksikan banyak harapan dari pemimpin dunia kepada Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo. Mereka merasa bahwa Indonesia dapat memainkan peran yang lebih besar dalam konteks global," tutupnya.
Konferensi ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk diplomat, akademisi, dan praktisi kebijakan luar negeri, yang semuanya berkomitmen untuk mendiskusikan masa depan kebijakan luar negeri Indonesia dan peran negara dalam tatanan dunia yang semakin kompleks.