Rabu 25 Dec 2024 10:18 WIB

Ini Janji Yordania untuk Suriah Setelah Tumbangnya Bashar al-Assad

Bashar al-Assad kabur setelah kelompok antirezim mengambil alih Damaskus 8 Desember.

Kendaraan meninggalkan Damaskus setelah jatuhnya pemerintah Suriah di pinggiran Damaskus, Suriah, Ahad 8 Desember 2024.
Foto: AP
Kendaraan meninggalkan Damaskus setelah jatuhnya pemerintah Suriah di pinggiran Damaskus, Suriah, Ahad 8 Desember 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN - Perdana Menteri Yordania, Jaafar Hassan, menegaskan, negaranya akan memberikan berbagai dukungan konkret yang diperlukan Suriah. Dukungan itu dianggap penting untuk mewujudkan stabilitas di Suriah.

"Yordania akan berdiri di samping rakyat Suriah untuk membantu mereka mewujudkan harapan akan kehidupan yang aman dan bermartabat, yang memungkinkan terciptanya perdamaian, stabilitas, dan persatuan di seluruh wilayah mereka," kata Hassan dalam sidang kabinet di Amman, Selasa (24/12/2024).

Baca Juga

Ia menambahkan, keamanan, stabilitas, dan kesejahteraan Suriah secara langsung terkait dengan keamanan, stabilitas, dan kesejahteraan Yordania. Hassan menyatakan bahwa pemerintahannya akan memprioritaskan pembangunan kapasitas di Suriah, khususnya di sektor kesehatan, transportasi, listrik, dan air.

"Kami akan memberikan semua dukungan yang diperlukan kepada saudara-saudara kami di Suriah, termasuk pelatihan dan pengembangan di sektor-sektor utama," ujarnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa pemerintah Yordania telah mengambil sejumlah langkah setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah. Langkah tersebut di antaranya pengaturan logistik, pembukaan perbatasan, dan pengiriman bantuan kemanusiaan.

Perdana Menteri juga menyinggung kunjungan Menteri Luar Negeri Ayman Safadi ke Damaskus pada Senin (23/12/2024) dan pembicaraannya dengan kepala pemerintahan baru Suriah, Ahmed al-Sharaa, sebagai "produktif dan positif."

"Kami siap membantu saudara-saudara kami di Suriah, dan membangun kembali Suriah adalah hal yang penting bagi Yordania dan kawasan secara keseluruhan," kata Safadi dalam pertemuan kabinet tersebut.

Selama pembicaraan itu, Menteri Energi Yordania, Saleh Kharabsheh, menyoroti kemampuan negaranya untuk menyediakan sebagian kebutuhan listrik Suriah dan menawarkan pengiriman tim teknis guna memastikan kesiapan jaringan listrik Suriah. Ia juga mengusulkan kerja sama dalam produk turunan minyak, dengan menyarankan agar Yordania menjadi pusat impor, penyimpanan, dan pengangkutan produk tersebut ke Suriah.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Yarub Qudah mengungkapkan bahwa Yordania telah melanjutkan pengiriman konvoi bantuan ke Suriah tidak lama setelah perubahan rezim, menjadikannya salah satu negara Arab pertama yang berinisiatif memberikan dukungan kemanusiaan.

"Dalam hitungan hari setelah transisi, kami memfasilitasi perdagangan melalui pembukaan kembali jalur perbatasan dan memungkinkan barang-barang Suriah untuk diangkut ke berbagai pasar global melalui Yordania," jelas Qudah.

Yordania dan Suriah terhubung melalui dua jalur darat utama: Perbatasan Bea Cukai Lama (Ramtha di sisi Yordania) dan Perbatasan Nasib-Jaber.

Bashar al-Assad, pemimpin Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia. Bashar kabur setelah kelompok anti-rezim mengambil alih Damaskus pada 8 Desember, mengakhiri rezim Partai Baath yang telah berkuasa sejak 1963.

Pengambilalihan tersebut terjadi setelah para pejuang Hayat Tahrir al-Sham (HTS) merebut kota-kota kunci dalam serangan kilat yang berlangsung kurang dari dua pekan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement