Selasa 23 Sep 2025 16:32 WIB

Menpora Erick Thohir: Amanah Pemimpin Olahraga Harus Jadi Berkah, Bukan Cari Uang

Pemimpin olahraga harus punya rekam jejak yang kuat dan harus mencintai olahraga.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir saat diwawancarai Republika di Kantor Kemenpora, Jakarta, Senin (22/9/2025).
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir saat diwawancarai Republika di Kantor Kemenpora, Jakarta, Senin (22/9/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu yang menjadi masalah di dunia olahraga Indonesia adalah dualisme federasi olahraga. Tenis meja menjadi contohnya. Sudah berganti Menpora tetapi masalah ini belum juga bisa diselesaikan dengan baik.

Masing-masing pihak mengklaim dirinya yang benar sesuai aturan dan yang sah memimpin PTMSI (Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia). Akibat kisruh ini, yang rugi adalah atlet juga karena Indonesia tidak mengirimkan atletnya di SEA Games 2023 Kamboja, termasuk di PON 2021 Papua, tenis meja tidak dimainkan.

Baca Juga

Selain tenis meja, sejumlah cabang olahraga juga mengalami dualisme federasi, antara lain sepak takraw, biliar, berkuda, hingga anggar. Banyak harapan bahwa Menpora Erick Thohir mampu menyelesaikan kisruh dualisme yang dilakukan sejumlah cabor ini.

Menanggapi hal ini, Menpora dalam wawancara dengan televisi swasta nasional, Senin (22/9/2025), menyatakan, birokrasi dan federasi olahraga di bawah kementerian harus berani introspeksi diri. Saat mendapat amanah untuk memimpin, itu seharusnya menjadi berkah, bukan justru sarana mencari keuntungan.

Ia menilai, konsekuensi menjadi pemimpin olahraga adalah memiliki rekam jejak yang kuat, benar-benar mencintai dunia olahraga. Juga mencari jalan keluar soal pembiayaan organisasi. 

"Bagaimana olahraganya itu dicarikan solusi pembiayaan, bukan menjadi kekuasaan ya, seumur hidup cari makannya di organisasi olahraganya," kata Menpora.

Ia menilai praktik yang merusak itu akhirnya menimbulkan klik-klik dalam organisasi olahraga. Karena itulah, menurutnya, Presiden mendorong adanya evaluasi dan transformasi total.

“Tadi, makanya saya bilang harus ada kolaborasi seluruhnya. Ini bukan karena saya atau mereka, ini semuanya,” ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement