Selasa 29 Mar 2022 18:05 WIB

Emmanuel Macron Berencana Sekali Lagi Bicara dengan Putin

Paris menginginkan tetap membuka saluran dialog dengan Moskow.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Presiden Prancis Emmanuel Macron berencana mengadakan lagi pembicaraan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Paris menginginkan tetap membuka saluran dialog dengan Moskow.
Foto: AP Photo/Thibault Camus, Pool
Presiden Prancis Emmanuel Macron berencana mengadakan lagi pembicaraan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Paris menginginkan tetap membuka saluran dialog dengan Moskow.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Presiden Prancis Emmanuel Macron berencana mengadakan lagi pembicaraan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Paris menginginkan tetap membuka saluran dialog dengan Moskow.

“Presiden Macron berencana untuk sekali lagi berbicara dengan Vladimir Putin pada Selasa (29/3/2022),” ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis Anne Claire Legendre saat diwawancara BFM TV, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Legendre mengatakan, Macron telah melakukan serangkaian percakapan panjang dengan Putin. “Prancis bermaksud untuk menjaga saluran dialog tetap terbuka,” ucapnya.

Menurut dia, dalam percakapan terbaru yang diagendakan dengan Putin, Macron bakal membahas operasi kemanusiaan, terutama proses evakuasi warga sipil dari kota Mariupol. Yunani dan Turki diharapkan bisa terlibat dalam membantu proses tersebut.

Pada 7 Februari lalu, Macron melakukan kunjungan ke Rusia dan bertemu Putin. Kala itu, Macron berusaha mencegah terjadinya pertempuran antara Rusia dan Ukraina. Dari Moskow, Macron melanjutkan perjalanannya ke Kiev dan bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Kunjungan tersebut tak membuahkan hasil yang diharapkan.

Pada 24 Februari, Putin mengumumkan “operasi militer khusus” di Ukraina. Hal itu dilakukan setelah Rusia terlebih dulu mengakui kemerdekaan Luhansk dan Donetsk, dua wilayah di Ukraina timur yang dikuasai kelompok separatis pro-Rusia. Hingga kini, pertempuran antara kedua negara masih berlangsung.

Saat ini Barat sudah menerapkan sanksi ekonomi berlapis terhadap Rusia. Awal bulan ini, Amerika Serikat (AS) memberlakukan larangan impor minyak dan gas dari Rusia. Setelah itu, Washington juga melarang komoditas makanan laut, minuman beralkohol, dan berlian Rusia ke pasar mereka. Perusahaan Amerika lainnya seperti McDonald, Starbucks, Coca-Cola, dan Pepsi juga telah menangguhkan bisnisnya di Rusia.

Washington bersama Uni Eropa dan Inggris juga telah mengeluarkan Rusia dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication atau SWIFT. Ia merupakan jaringan keamanan tinggi yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan di seluruh dunia.

SWIFT memungkinkan bank untuk memindahkan uang dengan cepat dan aman, mendukung triliunan dolar dalam arus perdagangan serta investasi. Dikeluarkannya Rusia dari SWIFT dianggap sebagai hukuman ekonomi terberat. Karena dengan sanksi itu, Moskow menjadi lebih terisolasi secara ekonomi dibandingkan sebelumnya.

Sejumlah negara sekutu lain juga telah menerapkan larangan ekspor-impor ke dan dari Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement