REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah membuka pendaftaran program beasiswa Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) untuk mahasiswa S-1 yang berminat melakukan pertukaran di perguruan tinggi luar negeri. Program IISMA berlangsung selama satu hingga dua semester dan mahasiswa yang bersangkutan akan mendapatkan kredit sebanyak 20 SKS.
"Visi dari IISMA ini adalah untuk mengakselerasi mahasiswa kita untuk memperkuat dan membawa mahasiswa kita untuk belajar di luar negeri, di kampus-kampus ternama di dunia, sehingga mendapatkan pengalaman belajar yang luar biasa di luar negeri," kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Nizam, Selasa (11/5).
Melalui program ini, Nizam juga berharap para mahasiswa bisa membangun persahabatan internasional dengan rekan-rekan dari seluruh dunia. Hal ini sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang digagas Kemendikbud Ristek yakni memiliki kebhinekaan global.
Nizam juga mendorong agar perguruan tinggi di dalam negeri bisa saling bekerjasama dengan perguruan tinggi di luar negeri. Sebab, setiap mahasiswa yang dikirim ke luar negeri untuk mengikuti program ini tetap harus dibimbing oleh dosennya dari Indonesia.
"Akan ada komunikasi, ada dialog, ada kolaborasi antara dosen dari perguruan tinggi di Indonesia dengan perguruan tinggi mitra di luar negeri," kata Nizam menambahkan.
Sementara itu, Direktur Beasiswa LPDP Dwi Larso mengatakan pihaknya akan memberikan dukungan kepada mahasiswa yang berpartisipasi dalam program ini. Dukungan yang diberikan akan meliputi semua komponen yang dibutuhkan ketika mahasiswa menempuh pendidikan di luar negeri.
"Termasuk uang pendaftaran atau tuition fee akan dibayarkan langsung kepada perguruan tinggi mitra di luar negeri, kemudian juga kita akan membayarkan biaya perjalanan pulang pergi kelas ekonomi dari kota asal ke negara tempat tujuan belajar, kita akan mendukung biaya hidup bulanan, sesuai dengan ketentuan LPDP dan kami sudah punya standar biaya untuk seluruh negara di dunia," kata Dwi Larso.
Sebanyak 73 perguruan tinggi dari 31 negara akan berpartisipasi dalam program ini dengan target mahasiswa dari Indonesia sebanyak 1.000. Sebanyak 60 perguruan tinggi dari jumlah tersebut sudah mengirimkan syarat protokol kesehatan yang harus dipenuhi mahasiswa selama berkuliah.
"Proposal dan protokol kesehatan yang harus ditempuh oleh mahasiswa dan ada berbagai syarat-syarat tertentu. Tapi intinya, 60 perguruan tinggi ini akan siap untuk menerima mahasiswa belajar ke sana," kata Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Aris Junaidi.