Kamis 27 Oct 2022 05:07 WIB

Jadi Takut Minum Obat

Kasus gangguan ginjal akut anak dipastikan karena efek minum obat.

Petugas gabungan dari Dinas Kesehatan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh Barat serta personel kepolisian Polres Aceh Barat melakukan inspeksi mendadak (sidak) apotek di Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (22/10/2022). Sidak tersebut dilakukan untuk menindaklanjuti rilis BPOM terkait obat-obatan dalam bentuk cair/sirup yang mengandung Etilen Glikol dan Dietilen Glukol berbahaya yang berdampak terhadap penyakit gangguan gagal ginjal akut progresif atipikal pada anak.
Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas
Petugas gabungan dari Dinas Kesehatan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh Barat serta personel kepolisian Polres Aceh Barat melakukan inspeksi mendadak (sidak) apotek di Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (22/10/2022). Sidak tersebut dilakukan untuk menindaklanjuti rilis BPOM terkait obat-obatan dalam bentuk cair/sirup yang mengandung Etilen Glikol dan Dietilen Glukol berbahaya yang berdampak terhadap penyakit gangguan gagal ginjal akut progresif atipikal pada anak.

Oleh : Nora Azizah, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Pandemi belum berakhir, sebelumnya juga marak kasus hepatitis akut anak, kini ada lagi kasus gangguan gagal ginjal akut pada anak. Penyakit satu ini juga muncul tiba-tiba.

Hal yang membuat aneh dan tidak disangka, penyebab gagal ginjal akut anak ternyata akibat obat. Berdasarkan pernyataan resmi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, gagal ginjal akut anak disebabkan adanya Etilen Glikol (EG ), Dietilen Glikol (DEG), dan Etilen Glikol Butil Eter (EGBE) pada obat sirup.

Pernyataan Menkes tersebut lahir setelah adanya penelitan cukup panjang sejak Agustus 2022. Awalnya, gagal ginjal akut anak ini diduga disebabkan bakteri, virus, atau parasit. Pasalnya, ada satu bakteri yang bisa menyebabkan gagal ginjal, yakni leptospira.

Namun, nyatanya, tidak ditemukan bakteri, virus, atau parasit pada pasien gangguan gagal ginjal anak. Yang ada, justru zat kimia cemaran pelarut obat sirop.

Etilon glikol merupakan pelarut dengan rasa manis. Namun, banyak disalahgunakan sebagai pelarut obat. Padahal, etilon glikol bersifat sangat beracun.

Dikutip dari laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), kegunaan etilen glikol ini bisa untuk antibeku (antifreeze), yang ditemukan dalam pelarut, cat, plastik, hingga cairan rem hidrolik. Etilen glikol ini bisa terlihat seperti kental pada suhu kamar.

Akibat ditemukannya etilen glikol, beberapa jenis obat sirop disebut-sebut sebagai biang keladinya. Dari sekian banyak uji sampel, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akhirnya menarik lima jenis obat yang disebut menggunakan etilen glikol.

Salah satu obat yang ditarik BPOM adalah obat sirop anak Unibebi milik PT Universal Pharmaceutical Industries. BPOM menyatakan obat sirop anak Unibebi mengandung etilen glikol.

Pernyataan ini tidak membuat PT Universal Pharmaceutical Industries diam saja. Perusahaan farmasi ini secara tegas menyatakan bahwa komposisi obat Unibebi sudah ada sejak 1970-an, dan sudah dikonsumsi masyarakat Indonesia selama kurang lebih 40 tahun, dan tidak ada kasus penyakit efek dari obat seperti yang diberitakan saat ini. Pihak PT Universal Pharmaceutical Industries juga dengan jelas menyebutkan sudah mendapatkan izin edar lolos BPOM.

Apa yang dijabarkan pihak PT Universal Pharmaceutical Industries memang cukup masuk akal. Nama baik perusahaan yang sudah berdiri selama puluhan tahun dan mendapat kepercayaan konsumen terhadap produk obatnya tentu sangat dipertaruhkan apabila benar mengubah komposisi obat. Perusahaan pasti sangat rugi besar.

Heran memang. Mengapa zat kimia yang sangat beracun ini bisa sampai terkandung di dalam obat, terlebih obat untuk anak-anak?

Meski ada ambang batas amannya, yang namanya zat kimia 'toxic' tetap saja 'toxic'. Apalagi cairan ini dipakai pada cat hingga plastik. Mengetahui hal ini tentu membuat para orang tua jadi 'ngeri' kasih obat ke anak.

Sebagai orang tua tentu tidak mungkin sembarangan kasih obat ke anak saat sakit. Biasanya, satu keluarga akan loyal membeli obat bebas yang bisa dibeli warung, toko obat, hingga apotek, karena dibeli turun temurun.  Satu merek obat akan dibeli turun temurun pada keluarga karena dianggap sudah cocok.

Kasus gangguan ginjal akut anak ini juga membuat orang tua jadi takut memberikan obat ke anak. Aman nggak, ya? Ada efek sampingnya nggak, ya? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan menghantui orang tua karena mulai ragu dengan obat akibat kasus ini.

Tak hanya itu, kasus ini juga membuat masyarakat mempertanyakan kredibilitas BPOM sebagai pengawas yang seharusnya mengutamakan keselamatan rakyat. Terlebih obat bukan persoalan yang remeh temeh.

Masyarakat mungkin bisa antisipasi dengan membaca efek samping dan indikasi obat. Akan tetapi, masyarakat awam tentu tidak paham kandungan obat yang berhaya dan beragam istilah farmasi lainnya yang rumit. Tentunya, masyarakat hanya bisa bersandar pada BPOM.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement