Rabu 09 Feb 2011 17:20 WIB

Tifatul: Pejabat Publik Harus Bersedia Dikritik Pers

Rep: M Ikhsan Shiddieqy/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,KUPANG--Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengatakan, pejabat publik di pemerintahan harus bersedia dikritik oleh pers. Kritik harus diterima dan ditanggapi kalau disampaikan secara etis. Tifatul tetap menganggap pers sebagai pilar demokrasi dan berperan dalam kehidupan bernegara.

"Kalau tidak ingin dikritik pers, jangan jadi pejabat publik," kata Tifatul ketika memberi sambutan dalam peringatan Hari Pers Nasional 2011, di Aula El Tari, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu (9/2). Tifatul menyampaikan hal itu dihadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang belasan menteri yang notabene pejabat publik. Beberapa gubernur juga hadir dalam acara itu.

Tifatul mengatakan, pemerintah sangat terbuka terhadap kritik. Pemerintah menjadikan kritik pers itu sebagai masukan dalam menjalankan tugas dan fungsi. "Yang penting penuhi etika jurnalistik," ujar Tifatul menegaskan. Tifatul menambahkan, kebebasan pers di Indonesia ini harus berkarakter, yakni bermoral, jujur, bertanggung jawab, antikorupsi, peduli pada rakyat kecil, dan profesional.

Kebebasan pers yang berkarakter, kata Tifatul, bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat pada pers. Kebebasan yang berkarakter juga penting agar pers tidak mudah terkooptasi kekuatan politik dan kapital. "Kami mengajak pers mencari solusi bagi masalah bangsa," katanya. Selain itu, Tifatul juga ingin pers aktif mendidik masyarakat.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement