REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia enam bulan di DIY turun dari 39,99 persen pada tahun 2008 menjadi 34,56 persen pada tahun 2009.
Hal itu dikemukakan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Kepala Biro Administrasi, Kesra, dan Kemasyarakatan Propinsi DIY Sarminto pada acara peringatan Hari Pekan ASI sedunia yang dilaksanakan di Gedung Radyosuyoso Kepatihan, Kamis (5/8).
Penyebab turunnya cakupan pemberian ASI eksklusif tersebut antara lain belum optimalnya penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui, gencarnya pemasaran susu formula, serta kurangnya pemahaman dan pemberdayaan masyarakat. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai enam bulan di Indonesia juga turun dari 28,6 persen pada tahun 2007 menjadi 24,3 persen pada tahun 2008.
Semakin gencarnya pemasaran susu formula juga diakui oleh Ketua DPD Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Provinsi DIY Sri Hartati dan Kepala Puskesmas Galur II Kulon Progo dr Ananta Kogam. Promosi yang gencar oleh pabrik susu formula terutama di pelayanan persalinan praktik swasta maupun di iklan televisi maupun radio merusak cakupan pemberian ASI eksklusif.
''Ada beberapa pelayanan persalinan untuk mengistirahatkan ibu melahirkan, kemudian bayinya diberi susu formula. Hal ini tentu saja mengakibatkan cakupan ASI eksklusif turun,'' kata Hartati.
Sedangkan menurut Kogam, setiap tahun Ikatan Bidan Indonesia selalu ada piknik ke Bali dan yang membiayai pabrik susu formula. Sehingga hal itu merupakan iming-iming bagi bidan untuk menyediakan susu formula di tempat praktiknya sehingga bayi yang lahir kadang sudah diberi susu formula.