Selasa 09 Nov 2010 04:52 WIB

Abu Vulkanik Rugikan Perikanan Air Tawar

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Endro Yuwanto
Hewan ternak ikut menjadi korban letusan Gunung Merapi
Hewan ternak ikut menjadi korban letusan Gunung Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG--Material abu vulkanis yang keluar dari erupsi Gunung Merapi telah menghancurkan budidaya ikan air tawar di wilayah Dusun Talun Lor, Desa Banyudono, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.

Di dusun yang menjadi sentra produksi ikan air tawar di Kabupaten Magelang ini, puluhan warga mengalami kerugian rata- rata Rp 5 hingga 10 juta setelah berbagai jenis ikan di kolam- kolam mereka mati. Pasalnya, hujan abu vulkanis yang pekat telah mencemari air kolam. Sehingga seluruh ikan yang dibudidayakan mati.

"Air kolam mengandung abu vulkanis dan unsur belerang, sehingga mengganggu kerja alat pernafasan ikan (insang)," ujar Sumartono (52 tahun), warga Talun Lor, Senin (8/11).

Menurutnya, Dusun Talun Lor selama ini menjadi sentra produksi ikan air tawar jenis nila, ikan mas, gurami, bawal, dan braskap. Bahkan produksi ini ikut menyangga kebutuhan ikan air tawar bagi Kabupaten Magelang.

Di dusun ini, sedikitnya ada puluhan warga yang sebelumnya membudidayakan perikanan air tawar sebagai mata pencaharian utama selain bercocok tanam. Karena kondisi air yang sangat berkecukupan.

Namun sehari setelah erupsi Gunung Merapi, Selasa (26/10) lalu, air kolam milik warga mulai tercemar abu vulkanis. "Sejak saat itu, mulai banyak ikan warga yang mati mengambang di permukaan kolam," ungkap Wakil Ketua BPD Banyudono ini.

Hal ini juga diamini Purnomo (33), warga Talun Lor lainnya. Menurutnya, perikanan di dusun ini kian terpuruk saat abu vulkanik pekat --dampak erupsi Merapi pada Kamis (4/11) lalu-- kian mencemari air kolam warga.

Tak hanya itu, kerusakan air kolam semakin bertambah parah saat lahar dingin material vulkanis Merapi mulai mengaliri Kali Senowo. "Sebab, selama ini kami mengandalkan air dari Kali Senowo untuk air baku kolam budidaya ikan air tawar ini," jelasnya.

Berdasarkan perkiraan sementara, masih jelas Purnomo, petani yang memiliki kolam ikan air tawar ini mengalami kerugian mencapai Rp 5 hingga Rp 10 juta. Sementara jumlah petani di dusun ini mencapai 25 orang.

Sehingga, kerugian yang dipikul warga bakal mencapai ratusan juta rupiah. "Ini belum dihitung kerugian tenaga pemeliharaan ikan dari benih sampai dengan ikan siap panen. Pasalnya, banyak kolam yang sebenarnya siap dipanen," imbuhnya.

Sementara itu, setelah ikan di kolam mereka mati, warga kini menghadapi persoalan baru, berupa bau busuk bangkai ikan yang mengambang di kolam. Sejumlah warga belum sempat membuang bangkai ikan ini.

Pasalnya, dusun yang berada pada radius 13 kilometer dari puncak Merapi ini sudah lengang setelah ditinggal warganya mengungsi. Beberapa warga yang berani kembali ke rumah mereka ada yang menyempatkan membuang bangkai ikan ini.

"Setidaknya akan mampu mengusir bau menyengat yang keluar dari bangkai- bangkai ikan ini. Selain itu juga menguras kolam ikan untuk membersihkan abu vulkanis dari dasar kolam," ujar Kusman (49).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement