REPUBLIKA.CO.ID,MARTAPURA - Menyusul hasil pertanian anjlok, sebuah sekolah setingkat Madrasah Ibtidaiyah Swasta di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, ditutup. Pasalnya, orang tua murid tidak mampu membayar biaya sekolah.
Proses belajar mengajar di Madrasah Hidayatus Sibyan yang berlokasi di Desa Limamar, Kecamatan Astambul, itu sudah tidak menentu sejak sebulan terakhir. Murid dan guru-gurunya tidak lagi terlihat menjalani proses belajar mengajar.
Ketua Majelis Madrasah, Darmili, Jumat, mengatakan penyebab terhentinya proses belajar mengajar di sekolah itu karena orangtua murid tidak mampu memenuhi biaya operasional sekolah untuk membayar gaji atau insentif tenaga pengajar.
Dia menjelaskan, pembayaran biaya operasional sekolah tidak menggunakan uang tunai, tetapi dibayar dengan hasil panen berupa gabah yang dikumpulkan dari para orangtua murid.
Jumlah gabah yang diserahkan sebanyak 3 blek (kaleng berukuran sedang) yang isinya setara 20 liter beras dan diserahkan satu tahun sekali atau sesuai masa panen yang diperoleh petani setempat.
Gabah hasil panen yang diserahkan orangtua murid itu kemudian dijual dan uangnya dibagikan kepada seluruh tenaga pendidik di sekolah tingkat dasar yang berdiri sejak puluhan tahun tersebut.
Jumlah tenaga pengajar di madrasah yang terdiri dari enam ruang dengan konstruksi bangunan yang masih cukup kokoh itu adalah enam guru ditambah kepala sekolah, dengan jumlah murid mencapai 130 orang.
Bagaimana nasib para murid? “Bagi orangtu yang mampu, anaknya pindah ke sekolah lain di sekitar desa. Tetapi bagi yang tidak mampu, anaknya berhenti sekolah,” kata Darmili.