REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia mencatat tuberkulosis (TB) menjadi penyakit menular langsung yang menimbulkan angka kematian terbesar di Indonesia. Penyakit TB menimbulkan kematian hingga 100 ribu orang per tahun.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Indonesia Mohamad Subuh mengakui, penyakit ini belum bisa dikendalikan dengan langsung, bahkan dapat menyebabkan kematian. "Jumlah kematian per tahun sekitar 100 ribu. Berarti sekitar tujuh sampai delapan orang meninggal akibat TB setiap jamnya," kata Subuh saat presentasi Temukan TB obati sampai sembuh, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kemenkes memperkirakan kasus TB pada 2015 sebanyak 1,01 juta sampai 1,02 juta. Namun, total kasus yang ditemukan Kemenkes maupun yang dilaporkan baru sebanyak 330.729.
Ia menyebutkan TB merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis lewat bersin dengan 4.500-1 juta partikel, batuk 0-3500 partikel, atau bahkan bicara 0-210 partikel. Meski tergolong penyakit menular paling mematikan di Indonesia, Subuh menyatakan kalau TB bukan penyakit keturunan dan dapat disembuhkan.
Untuk itu, jika sudah batuk lebih dari dua pekan, demam yang tidak terlalu tinggi, berkeringat pada malam hari hingga nyeri dada diminta supaya periksa ke dokter. Ia meminta supaya penderita TB segera berobat sampai sembuh.
Artinya minum obat diharapkan sampai tuntas karena jika penanganan terlambat bisa menularkan ke orang lain dan menyebabkan kematian. Tak hanya itu, TB juga bisa menjadi kasus TB sensitif.
Ia menegaskan, pemerintah mempunyai komitmen kuat dalam penanggulangan TB dan mewujudkan Indonesia bebas TB. Targetnya pada 2035 mendatang, insiden TB menurun 90 persen, kematian menurun 95 persen dibandingkan TB 2014 lalu.
"Pemerintah menyediakan sumber daya, sarana, dan prasarana penanggulangan TB di seluruh Indonesia. Kami juga menganggarkan Rp 200 miliar untuk obat TB per tahun," katanya.
Diakuinya pemerintah memang dalam proses menuju Indonesia bebas TB 2050. Bahkan, TB masuk dalam indikator standar pelayanan minimal (SPM), RPJMN, dan rencana strategis Kemenkes 2015-2019 dan masuk dalam indikator keluarga sehat. Penanggulangan TB juga merupakan sasaran sustainable development goals. Ia menambahkan, penanggulangan TB dimaksudkan untuk penemuan dan pengobatan kasus TB.
Saat ini baru 90 persen keberhasilan pengobatan TB sampai sembuh. Sisanya, sekitar 10 persen pasien tidak menyelesaikan TB karena meninggal, pindah tempat lain, tidak melanjutkan pengobatan atau bahkan resisten terhadap obat yang diberikan.
Untuk itu Kemenkes berharap orang yang sakit TB berobat sampai sembuh. Karena jika tisak diobati maka TB menjadi lebih parah dan resisten obat. Ini membuat pengobatan semakin lama yaitu sekitar dua tahun.