Sabtu 26 Nov 2016 22:27 WIB

Peluang Pemanfaatan Mobile Transaction di Indonesia masih Sangat Besar

Suasana Financial Festival yang digelar di gedung BPPT Jakarta, Sabtu (26/11/2016). Acara tersebut akan berlangsung hingga Ahad (27/11/2016).
Foto: Dok Aperkei
Suasana Financial Festival yang digelar di gedung BPPT Jakarta, Sabtu (26/11/2016). Acara tersebut akan berlangsung hingga Ahad (27/11/2016).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Perencana Keuangan Indonesia (Aperkei) menilai peluang pemanfaatan  mobile transaction di Indonesia untuk kemudahan transaksi masih sangat besar.

“Hal itu mengingat pengguna internet mencapai 132,7 juta orang dan pengguna mobile connection mencapai 318 juta,”  jelas Ketua Harian Asosiasi Perencana Keuangan Indonesia (Aperkei) M. Kharisma,  yang juga Pelaksana acara Financial Festival 2016, saat acara konfrensi pers di Gedung BPPT, Jakarta, Sabtu (26/11/2016).

Dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (26/11/2016), Kharisma mengutip data  Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyebutkan baru terdapat  104.707 agen laku pandai di Indonesia dari total 255 juta penduduk Indonesia.

 

Padahal menurut  Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (Apjati) pada  2016, pengguna internet mencapai 132,2 juta orang dan setiap tahun terus tumbuh. Sedangkan, data WeAreSocial Asia 2015 menyebutkan Indonesia memiliki 318 juta penggunaan mobile connection atau 125 persen  dari total populasi.  Pengguna mobile social user mencapai 67 juta orang.

 

Menurut data Bank Indonesia, per Mei 2016 pengguna mobile banking di empat bank utama yaitu BCA, BNI, BRI, dan Mandiri baru mencapai 23,65 juta orang.  “Hal tersebut menunjukkan bahwa rendahnya pengguna transaksi mobile di Indonesia. Artinya, masih banyak peluang untuk mengajak masyarakat sadar menggunakan transaksi mobile,” jelas Kharisma.

Menurut Kharisma, transaksi mobile akan semakin menguntungkan masyarakat terutama dalam hal waktu dan keamanan.  “Artinya, waktu yang seharusnya digunakan untuk bertransaksi non-mobile dapat dimanfaatkan untuk melakukan hal yang lebih produktif dan menguntungkan bagi pengguna mobile banking,” tutur Kharisma.

Dengan kondisi ekonomi saat ini, Kharisma menambahkan,  di Indonesia maupun di luar negeri yang semakin menantang, masyarakat seharusnya semakin sadar betapa pentingnya pemanfaatan waktu. Mereka dapat mengisi  waktu untuk melakukan kegiatan yang lebih produktif lainnya terutama kebutuhan untuk meningkatkan kuantitas harta (aset).

“Hal itu ditunjukkan dengan besarnya animo masyarakat untuk datang ke acara-acara seminar, workshop, pameran maupun festival keuangan,” tuturnya.

Kharisma menyebutkan, salah satu acara penting di penghujung tahun ini adalah “Financial Festival  (Finfes) 2016”. Kegiatan tersebut diadakan oleh Aperkei  bekerja sama dengan Asosiasi Profesi Pasar Modal Indonesia (APPMI), Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal (LSP-PM) dan Asosiasi FinTech. Finfes 2016 yang digelar  di Gedung BPPT Jakarta, 26-27 November 2016 itu mengusung tema  “Meningkatkan Kesadaran Finansial Menuju Masyarakat Indonesia yang Makmur”.

Kharisma mengemukakan, ada sejumlah alasan mengapa acara tersebut penting buat masyarakat. Pertama, karena diadakan di akhir tahun sehingga dapat dijadikan sebagai ajang perencanaan keuangan untuk tahun depan. Kedua, diadakan dalam bentuk festival dengan kelas utama dan kelas kecil.

Ketiga, dapat diikuti oleh banyak institusi keuangan dan perencana keuangan. "Keempat ilmu yang diberikan tidak hanya tentang keuangan dan investasi melainkan juga mencakup keuangan syariah, entrepreneurship, bisnis franchise dan digital marketing (onlineshop), serta digital ekosistem," papar Kharisma.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement