Ahad 29 Apr 2018 07:22 WIB

Pertaruhan Para Pemimpin

Para pemimpin jangan semu bermain citra dan umbar janji palsu.

KH Haedar Nashir (Ilustrasi)
Foto: Republika/Da'an Yahya
KH Haedar Nashir (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Haedar Nashir

Ikan busuk dimulai dari kepala. Demikian pepatah Italia tentang betapa penting posisi dan peran para pemimpin di negeri dan umat mana pun. Merah, putih, dan hitamnya umat serta bangsa bergantung pada pemimpinnya. Pemimpin itu jantung dan kepala dari tubuh manusia!

Jika pemimpin itu baik maka baiklah umat dan bangsa. Sebaliknya, nasib umat dan bangsa akan nestapa manakala para pemimpinnya berperangai dan bertindak buruk, khianat, dan ugal-ugalan, padahal yang dipertaruhkan nasib manusia yang banyak dengan segala urusannya.

Para nabi, Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Azis, Iskandar Dzulqarnain, Mahatma Ghandhi, Nelson Mandela, dan para pemimpin dunia lainnya yang menggoreskan tinta emas dalam kepemimpinannya merupakan anugerah Tuhan dari keteladanan para pemimpin yang mencerahkan dunia. Rakyat, negara, dan umat manusia menjadi aman, damai, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat karena kemuliaan para pemimpinnya.

Sebaliknya, karena ulah tangan Firaun, Hitler, Mussolini, Pol Pot, serta sederet para diktator dan pemimpin tiran, kehidupan manusia dan lingkungannya porak poranda dan mengalami kehancuran. Kehidupan menjadi anarki dan kacau karena jiwa, pikiran, dan tindakan sewenang-wenang para pemimpinnya yang haus kuasa, rakus, dan semaunya sendiri.

Pemimpin Pencerah

Muhammad Rasulullah adalah uswah hasanah dari pemimpin umat dan bangsa sejagat raya sebagaimana predikat yang diberikan dan dipersaksikan Tuhan kepada seluruh umat manusia (QS al-Ahzab: 21). Akhlak Nabi bahkan disebut Tuhan sebagai perangai agung (QS al-Qalam: 4). Kesaksian Aisyah malah membuktikan Nabi sebagai Alquran yang hidup, yang keteladanannya terus berjalan dalam segala zaman dan keadaan. Inilah sang pemimpin pencerah nan sejati.

Nabi uswah hasanah dalam dirinya, tiada habis kalam untuk menuliskannya. Hal yang terpenting ialah bagaimana setiap umat Muhammad mengikuti uswah hasanah Nabi Agung itu dalam seluruh gerak hidupnya. Lebih-lebih yang mengaku atau didisposisikan sebagai tokoh atau pemimpin umat dan bangsa, bagaimana membuktikan diri selaku pemimpin teladan. Adakah kata sejalan tindakan?

Para pemimpin umat dan bangsa bukan hanya jiwa dan pikirannya yang menjadi teladan terbaik, bahkan ujaran atau lisan dan tindakannya pun niscaya memancarkan keteladanan utama. Dari lisannya lahir ujaran damai, halus kata, menenteramkan, dan memancarkan pencerahan bagi umat dan sesama; bukan sebaliknya, mengirim ujaran-ujaran yang meresahkan semesta.

Para pemimpin umat dan bangsa juga bertindak yang jujur, amanat, tablig, dan fatanah sebagaimana akhlak utama Muhammad sang teladan. Dari perbuatan para pemimpin umat dan bangsa dibuat bajik lahir dan batin, aman sentosa, makmur, dan segala martabat kemuliaan hidup. Lebih-lebih dalam masyarakat partrimonial yang menempatkan figur pemimpin segala-galanya, maka hadirkan perangai para pemimpin nan mencerahkan.

Para pemimpin tidak memperbodoh dan membiarkan umat serta bangsanya terus bodoh dengan cara memimpin menara gading yang bersinggasana di atas takhta tinggi tanpa menginjak bumi. Tidak pula bak burung merak yang mengepak-ngepakkan sayap dan bulunya yang indah hanya untuk meninabobokan dan bangsanya dalam segala mimpi millenari yang membuat umat dan bangsa terbuai tak kenal henti oleh keagungan semu para pemimpinnya.

Para pemimpin ketika hadir di tengah-tengah umat dan bangsa niscaya tulus dan tepercaya, tidak semu bermain citra dan umbar janji palsu. Ketika itu dilakukan maka aura dan respons alamiah yang akan berbalik pun lama kelamaan akan palsu dan sarat topeng dari umat dan bangsa. Aura kepemimpinan seperti itu layaknya buih di lautan, yang menggumpal seketika tetapi rapuh dan tak bermakna. Pemimpin citra hanya menjual pesona.

Para pemimpin pun tak patut ugal-ugalan dalam ujaran dan tindakan. Segala yang dilakukan para pemimpin akan memantul pada umat dan bangsa yang dipimpinnya. Ketika umat dan rakyat garang, keras, dan pemarah, maka boleh jadi pantulan dari gestur dan tampilan para pemimpinnya. Maka, betapa penting posisi dan peran pemimpin dalam meneladankan dan memandu umat serta bangsanya. Hadirlah sebagai para pemimpin yang mencerahkan umat dan bangsanya sejalan fitrah dan autentik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement