Jerman, Belanda, dan Ceska mempertimbangkan untuk mengirim senjata ke Irak Utara.
BAGHDAD -Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki akhirnya memutuskan untuk mundur. Keputusan ini membuka jalan bagi Haider al-Abadi untuk menduduki kursi perdana menteri, sekaligus menumbuhkan harapan segera berakhirnya krisis politik di negeri itu.
Al-Maliki mengambil keputusan besar ini menyusul derasnya dukungan kepada al-Abadi yang ditunjuk Presiden Irak untuk membentuk pemerintahan baru. Sebelumnya, al-Maliki menolak mundur setelah delapan tahun menduduki kursi perdana menteri. Ia sebagai pemimpin dari blok terbesar di parlemen menuntut hak untuk membentuk pemerintahan.
Namun belakangan, ia mendapat tekanan terus-menerus dari kubu oposisi yang menuduhnya memonopoli ke kuasaan dan menekan minoritas Sunni. Posisinya kian sulit setelah sekutu poli tiknya dari kalangan Syiah juga mendukung al-Abadi.
Keadaan itu agaknya membuat al-Maliki tak mempunyai pilihan lain kecuali mundur. Bahkan, dalam pertemuan dengan Partai Dawa, Kamis (14/8) malam, ia setuju mendukung al-Abadi.
"Ini untuk mempermudah proses politik dan pembentukan pemerintahan baru. Maka saya mundur untuk doktor Haider al-Abadi dan tidak menginginkan jabatan apa pun darinya," ujar al-Maliki dalam pidato pengunduran dirinya yang disiarkan secara nasional, Kamis malam.
Al-Maliki, yang saat berpidato dikelilingi sejumlah anggota parlemen, juga menyatakan, pengunduran dirinya dilakukan demi kepentingan nasional, sa lah satunya terkait upaya mengatasi ge rak an Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Pemerintah Irak terbukti tak mampu menghentikan aksi radikal kelompok ISIS yang telah menguasai sejumlah wi la yah di negeri itu. Aksi brutal kelompok ini pun telah menyebabkan krisis kema nusiaan. Data menunjukkan sebanyak 1,2 juta warga sipil terusir dari rumah mereka.
Selain itu, al-Abadi selama ini dikenal sebagai politisi senior yang menduduki sejumlah jabatan tinggi di Irak setelah ia kembali dari pengasingan pada 2003. Sejumlah kalangan pun menganggapnya sebagai sosok yang lebih moderat dan lebih memiliki kemauan untuk berkompromi dibanding al-Maliki.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)dan Amerika Serikat (AS) segera merespons langkah al-Maliki. Washington yang memang menginginkannya lengser memuji keputusan tersebut. Penasihat Keamanan Nasional AS Susan Rice menyebut keputusan itu sebagai langkah penting untuk mempersatukan Irak.
Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama telah memberikan dukungan kepada al-Abadi. "Ia (Abadi) memiliki tugas membentuk pemerintahan bersama, kami berharap situasi ini akan menuju ke arah yang benar," katanya. Sedangkan Sekjen PBB Ban Ki-moon mengungkapkan bahwa pengunduran diri al-Maliki akan mempermudah proses pembentukan pemerintahan baru.
Jerman kirim bantuan Sementara itu, dalam upaya menumpas gerakan kelompok radikal ISIS, Jerman sepakat memberikan bantuan kemanusiaan ke Irak Utara. Dilaporkan, pesawat-pesawat angkatan udara Jerman mulai men distribusikan bantuan tersebut, Jumat (15/8). Pada saat yang sama, Jerman juga sedang mempertimbangkan pe ngiriman senjata untuk membantu Irak menumpas ISIS.
Empat pesawat angkut militer Jerman, yakni Transall C-160, menerbangkan muatan berbobot 36 ton yang sebagian besar berupa perlengkapan medis dan makanan. Pada Jumat, pesawat tersebut terbang ke Kota Irbil yang dikuasai etnis Kurdi melalui Turki.
Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen mengatakan bahwa pekan ini Jerman mungkin akan mengirim perlengkapan militer nonmematikan, seperti kendaraan lapis baja, helm, rompi keamanan, dan perlengkapan night-vision.
Banyak anggota parlemen Jerman mendesak pemerintah untuk mengirimkan persenjataan kepada pasukan Irak dan Kurdi di utara untuk membantu mereka menumpas kelompok ISIS. Kepada media massa Jerman, Merkel, ia mengata kan, "ISIS menjadi penyebab penderitaan rakyat di bagian utara Irak, warga Yazidi, Kristen, dan lain-lain. Menghentikan kelompok garis keras ini dan membantu orang-orang yang membutuhkan adalah tugas seluruh masyarakat internasional."
Selain Jerman, beberapa negara Eropa, seperti Republik Ceska dan Belanda, juga sedang mempertimbangkan untuk mengirim peralatan militernya kepada pasukan Irak dan Kurdi.
repDessy Suciati Saputri/reuters/bbc, ed: wachidah handasah