REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penembakan Fransiskus Refra atau Tito Refra Kei, adik John Kei, membuat masyarakat mengkhawatirkan terjadinya perang antargeng. Kepolisian pun diminta segera menangkap pelaku penembakan sehingga tidak ada aksi lanjutan.
Suryono, warga Makasar, Jakarta Timur, mengatakan, John Kei selama ini dikenal sebagai pimpinan geng atau kelompok preman. Kematian Tito dikhawatirkannya membuat John itu menuntut balas.
Meski sedang menjalani hukuman 12 tahun penjara karena membunuh bos PT Sanex Steel Indonesia Tan Harry Tantono, John Kei dikhawatirkan bisa melakukan upaya balas dendam itu melalui kelompoknya. "Saya jadi khawatir ingin pergi ke mana-mana,” kata Suryono, Senin (3/6).
Menurut Suryono, jika terjadi perang antargeng, masyarakatlah yang menjadi pihak paling dirugikan. Dia pun berharap kepolisian segera melakukan patroli terutama pada malam hari. Patroli dinilai bisa meredakan kecemasan warga mengenai kemungkinan perang antargeng.
Upaya yang harus dilakukan kepolisian sebaiknya tidak hanya ketika terjadi peristiwa yang menelan korban. Anggota Komisi II DPR Ahmad Yani mengatakan, kepolisian harus segera melakukan tindakan untuk menumpas kelompok preman di Indonesia. "Keberadaan organisasi kriminal seperti kelompok preman tidak bisa ditoleransi,” kata Ahmad Yani.
Jika kelompok preman tidak diberantas hingga ke akarnya, potensi perang antargeng akan selalu terbuka. Yani pun mengkhawatirkan, Indonesia menjadi seperti Meksiko yang dikuasai kelompok pengedar narkoba.
Kalau itu yang terjadi, keamanan negara sangat mengkhawatirkan. Karena itu, tindakan harus dilakukan ketika kelompok-kelompok preman memulai aksi yang meresahkan masyarakat. "Jangan menunggu mereka melakukan perbuatan kriminal," katanya.
Menurut Yani, semestinya tidak sulit mencirikan kelompok preman di masyarakat. Umumnya, mereka menjadi penagih utang. Mereka juga aktif dalam sengketa tanah sebagai pihak yang menakut-nakuti.
Kriminolog Universitas Indonesia Arthur Josias Simon mendorong kepolisian untuk segera mengungkap kasus penembakan Tito. Ketidakjelasan kasus ini membuat masyarakat mencurigai adanya konspirasi.
Sebab, dunia kriminalitas selalu bisa menjadi komoditas yang menarik minat publik. “Sekarang isu kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan pengungkapan kasus Century makin besar, jadi ya bisa saja. Tidak ada yang tidak mungkin, butuh sesuatu yang mencuri perhatian untuk menutupinya,” kata Arthur.
Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) menilai pembunuhan Tito belum berdampak kepada masyarakat. "Ini kriminal murni, jadi belum berimbas luas," kata Deputi Menko Polhukam Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi, dan Aparatur, Agus R Barnas.
Agus pun yakin kepolisian bisa mengungkap kasus ini. Dia hanya mendorong kepolisian memastikan keamanan masyarakat. "Polisi harus segera usut saja sekarang agar cepat terungkap,” kata Agus.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, pihaknya juga mewaspadai adanya aksi balasan terkait pembunuhan adik John Kei tersebut. Namun, masyarakat tidak perlu khawatir untuk melakukan aktivitas sehari-hari. "Masyarakat disarankan tetap melanjutkan aktivitas," kata Rikwanto.
Kepolisian sudah membentuk tim khusus beranggotakan 50 orang untuk mengusut kasus penembakan Tito. Anggota tim terdiri atas Polda Metro Jaya dan Polres Bekasi Kota. Saat ini, investigasi pembunuhan masih mengumpulkan informasi dari saksi-saksi.
Kepolisian pun yakin bisa menuntaskan kasus ini. Rikwanto menyatakan, kepolisian sudah sering mengungkap kasus-kasus kriminalitas. Setiap tahun ada lebih dari 59 ribu kasus yang dilaporkan. "Seperlimanya kejahatan keras, 60 sampai 70 persen terungkap,'' katanya.
Tito Refra Kei tewas ditembak orang misterius di warung milik Ratim, Jalan Titian Raya Indah, RT 03 RW 11 Kalibaru, Medan Satria, Bekasi, Jawa Barat, pada Jumat (31/5) sekitar pukul 20.00 WIB. Selain Tito, pemilik warung di lokasi penembakan, Ratim (70 tahun), juga ditembak. Ratim tewas di RS Ananda, dengan luka tembak di dada.
Polisi belum mengetahui motif penembakan. Pelaku diduga berjumlah satu orang. Ketika beraksi, dia mengenakan helm tertutup dan jaket. Dengan cepat, pelaku melepaskan dua tembakan dari pistol yang diduga berjenis FN dan kabur ke arah perumahan Harapan Jaya. n dyah ratna meta novia/gilang akbar prambadi /c91 ed: ratna puspita
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.