Kamis 14 Apr 2011 09:31 WIB

Penantian Keluarga ABK Sinar Kudus: Tegar dan Sabar Menghadapi Cobaan

Rep: C06/ Red: Johar Arif
Putra kapten Kapal Sinar Kudus Slamet Juhari, Rezka Judittya (24) menunjukkan foto ayahnya.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Putra kapten Kapal Sinar Kudus Slamet Juhari, Rezka Judittya (24) menunjukkan foto ayahnya.

REPUBLIKA.CO.ID-''Ayah sehat. Ayah dan semua rekan di sini tidak disakiti oleh perompak. Tolong doakan ayah dan seluruh ABK agar selamat dari musibah ini, ya Ma.''

Itulah sepenggal pesan yang disampaikan Slamet Riyadi (58 tahun) kepada istrinya, Ida Laeli, belum lama ini. Engine foreman di Kapal MV Sinar Kudus itu sempat menghubungi keluarganya yang tinggal di Bogor, Jawa Barat, dari kapal yang kini sedang dibajak di perairan Somalia, Afrika.

Slamet merupakan salah seorang anak buah kapak (ABK) yang terbilang senior di kapal milik PT Samudera Indonesia Tbk ini. Dia telah bekerja di perusahaan tersebut sejak 1977 dan di kapal bertugas memantau serta memperbaiki bagian mesin.

Ida mengungkapkan, suaminya seharusnya sudah pensiun pada 2007 lalu. ''Namun karena fisiknya yang masih baik, perusahaan tetap mengkaryakan dia,'' ujarnya ketika ditemui Republika.

Ida mengetahui musibah yang menimpa suaminya sejak 16 Maret yang lalu. Ia mendapat kabar pertama kali langsung dari perusahaan melalui saluran telepon. Awalnya, dia sempat kaget dan merasa khawatir. Namun, pihak perusahaan berhasil meyakinkannya untuk tetap sabar.

Perusahaan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keselamatan 31 awak kapal yang 20 orang di antaranya adalah warga negara Indonesia (WNI). Bahkan, pada 31 Maret 2011, perusahaan mempertemukan seluruh keluarga ABK Sinar Laut dengan pihak manajemen. Pertemuan diadakan di sebuah hotel berbintang di Mangga Dua, Jakarta.

Pertemuan itu juga dihadiri oleh eks korban yang selamat dalam peristiwa serupa di kapal lain. Dari pertemuan itu, Ida mengetahui bahwa modus yang digunakan pembajak sama persis dengan yang dialami suaminya. Pembajak hanya menginginkan uang tebusan. Mereka tidak berminat menyakiti sanderanya. ''Namun, kalau proses negosiasi berlarut-larut, hal tersebut juga membahayakan,'' tutur Ida.

Sejak terjadinya musibah, Ida mengaku selalu menjalin kontak dengan perusahaan. Kondisi terakhir yang ia terima adalah kondisi ABK yang sakit berangsur-angsur membaik. Sedangkan stok makanan masih menghabiskan sisa persediaan yang ada di lemari pendingin kapal.

Ida menuturkan, suaminya termasuk ABK yang mengalami sakit. Slamet sempat mengalami diare selama pembajakan, bahkan penyakitnya ini paling parah dibandingkan awal kapal lainnya. ''Alhamdulillah, saat ini kondisi suami saya telah berangsur membaik,'' sergah Ida.

Sebulan hampir berlalu sejak kapal di sandera pada 16 Maret 2011. Kapal bermuataan bijih nikel milik PT Aneka Tambang Tbk ini mengangkat sauh dari Pomalaa, Sulawesi Selatan, dengan tujuan Rotterdam, Belanda. Di tengah perjalanan, sekitar 320 mil timur laut Pulau Socotra di Semenanjung Somalia, kapal dibajak.

Namun, Ida mengaku tegar menghadapi cobaan yang menimpa suaminya. Sebagai istri pelaut, ia terbiasa menghadapi banyak masalah tanpa kehadiran suami tercinta. Menurutnya, seorang istri harus dapat terus menjalani hidup, apapun kondisinya. ''Saya menyerahkan seluruhnya kepada Allah SWT. Biarlah Ia yang mengatur semua,'' ujarnya.

Selama sesi wawancara, tidak terpancar kegelisahan yang berlebih dari wajah Ida. Ia tetap tenang tatkala menjawab pertanyaan kami. Namun, ia mengatakan bahwa tidak seluruh keluarga pelaut bisa tegar dan sabar seperti dirinya. Ada beberapa keluarga yang sudah tidak sabar, dan mulai menyalahkan perusahaan dan pemerintah karena dinilai lambat bertindak.

Hal ini juga dibenarkan oleh Aziz Amiril Mukminin (39), adik ipar Slamet. Ia memahami bahwa tindakan perusahaan dan pemerintah yang terkesan lambat juga merupakan bentuk kehati-hatian. Aziz juga mendapat kabar kalau masalah ini terlalu banyak diekspos media, dikhawatirkan tuntutan perompak akan meningkat. ''Tapi kesabaran orang juga ada batasnya, Mas,'' ujar Aziz. Ia sangat khawatir bila negosiasi tetap berjalan alot, para perompak bisa khilaf.

Bahkan di tengah ketegaran dirinya, setitik kekhawatiran masih tersisa di lubuk hati Ida. Apa yang kelak kan terjadi jika pembajakan ini berujung pada hal yang buruk? Apalagi, Slamet merupakan tulang punggung untuk mencari nafkah bagi keluarganya.

Bagi Ida, Slamet adalah kepala keluarga yang baik dan bertanggung jawab pada keluarga. Bahkan di sela-sela jadwal padat seorang pelaut, Slamet masih menyempatkan diri untuk menunggui Ida ketika persalinan anak pertama. Ida tak mengharapkan hal-hal buruk terjadi pada suami dan awak kapal lainnya.

Slamet dan Ida menikah pada 1993. Pasangan ini dikaruniai seorang putra bernama Ardian Ariadi (16). Mereka kini tinggal di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Slamet memiliki postur tinggi besar. Tingginya sekitar 175 centimeter. Ayah kelahiran 18 Februari 1952 ini sangat menggemari olah raga basket.

Kegemaran ini rupanya menurun pada anaknya, Ardian. Pemuda berpostur 180 centimeter ini termasuk siswa berprestasi, terutama di bidang bola basket. Ia bahkan tengah dalam persiapan seleksi untuk masuk ke kejuaraan nasional di Surabaya.

Untungnya, Ida mengatakan, musibah ini tidak sampai mengganggu aktivitas Ardian. Awalnya, Ardian sempat khawatir juga. Namun kesibukan bersekolah dan cita citanya dalam bermain basket dapat mengalihkan kekhawatiran Ardian.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement