REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) mengecam kunjungan ke luar negeri Komisi I DPR yang menelan anggaran Rp 4,5 miliar. Kunjungan ke empat negara ini dinilai menyakiti masyarakat yang hidup serba kekurangan dan memboroskan pajak publik.
Dalam siaran pers yang dikeluarkan Koordinator investigasi dan Advokasi Fitra, Uchok Sky Khadafi, dikatakan bahwa sebagian anggota Komisi I telah berangkat ke Perancis. Selama beberapa hari berada di negeri itu, anggota dewan menghabiskan biaya Rp 1, 4 miliar. Tiga negara lainnya --Turki, Rusia, dan Amerika Serikat-- menjadi negara tujuan berikutnya yang dibagi-bagi ke beberapa tim.
Rinciannya, setelah Perancis, plesiran akan dilanjutkan tim kedua ke Turki dengan biaya Rp 879 juta, disusul Rusia (Rp 1,2 miliar) dan terakhir AS pada awal Mei (Rp 994 juta). "Ini jelas-jelas suatu perkerjaan pemborosan yang tidak bisa dimaafkan, karena anggaran yang mereka pergunakan adalah anggaran dari pajak publik," tulis Uchok.
Fitra menilai, dibanding melakukan plesiran ke luar negeri, Komisi I harusnya menjaring aspirasi konstituennya di daerah pemilihan masing-masing. Kunjungan ke empat negara ini pun diyakini Fitra tidak akan membawa dampak baik bagi pembahasan RUU maupun kinerja DPR.
Dengan Rp 4,5 miliar, Fitra menyatakan akan ada 98 anak tidak mampu yang bisa mendapatkan beasiswa hingga ke perguruan tinggi. "Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengumpulkan duit agar anak bisa lulus sampai ke perguruan tinggi, sementara DPR menghabiskannya dalam sebulan masa reses."
Menjawab kritikan ini, melalui pesan singkat, Ketua Komisi I Mahfudz Shiddiq menyatakan bahwa kunjungan ini dilakukan untuk menggali masukan, terutama tentang pertahanan. "Masukan dari negara lain terkait penyusunan RUU Intelejen," tulis Mahfudz."Anggaran yang kami pakai pastinya sesuai ketentuan."