REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG – Perekrutan anggota Negara Islam Indonesia (NII) KW IX dilakukan melalui beragam modus. Termasuk melalui jalur ekstrakurikuler kerohanian Islam di SMA maupun memakai area publik di lingkungan kampus. Bimbingan belajar juga menjadi salah satu jalan yang dipakai.
“Dulu saya aktif di Kerohanian Islam, waktu SMA kelas 1,’’ kata Prasetyo, alumni Teknik Lingkungan ITB yang pernah nyaris direkrut NII pada 2002, Kamis (28/4). Dia mengatakan pendekatan yang dilakukan cukup halus dan nyaris tak bisa dibedakan dengan pola mentoring lain di kegiatan itu. Mentor mereka saat itu adalah mahasiwa Fisika FMIPA ITB.
“Dimulai dari akidah, tauhid, dan kekhalifahan. Bahwa setiap manusia adalah khalifah,’’ tutur Prasetyo. Dia mengaku ‘selamat’ dari NII justru karena berpikiran ‘nyleneh’. Sementara, dua kawannya yang lurus-lurus saja menelan materi mentoring itu sempat di-baiat di daerah Antapani, Bandung.
Prasetyo mengatakan mendapat teror setelah berhasil mengeluarkan dua kawannya dari NII. Teror hanya dilakukan melalui layanan pesan singkat (SMS) karena tak pernah dia tanggapi. Tetapi, dua kawannya yang pernah dibaiat itu mendapat teror melalui telepon dengan ancaman.