Jumat 03 Jun 2011 09:21 WIB
Gunung Dieng

Aktivitas Kawah Timbang Masih Fluktuatif

Rep: Eko Widiyanto/ Red: cr01
Asap mengandung gas karbondioksida CO2 menyelimuti permukaan kawah Timbang di dataran tinggi Dieng Dusun Simbar, Batur, Banjarnegara, Jateng, Selasa (31/5).
Foto: Antara
Asap mengandung gas karbondioksida CO2 menyelimuti permukaan kawah Timbang di dataran tinggi Dieng Dusun Simbar, Batur, Banjarnegara, Jateng, Selasa (31/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA - Meski erupsi Kawah Timbang di dataran tinggi sudah berlangsung sejak Ahad (29/5), namun aktivitas salah kawah yang berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara tersebut masih fluktuatif.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, Dr Surono menyatakan, tingkat kerapatan gas beracun CO2 yang terukur alat pengukur gas multiwarn pada Kamis (2/6) pada pagi hari, tercatat 1,65 persen volume.  Ini berarti mengalami penurunan dibanding sehari sebelumnya yang mencapai 1,98  persen volume.

Namun dia mengingatkan, sifat aktivitas kawah Timbang masih bersifat fluktuatif. Terutama karena aktivitas gempa yang terrekam melalui alat seismograf yang berada di Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, masih cukup tinggi. ''Sepanjang Rabu (1/6) tidak terekam adanya aktivitas gempa. Namun pada Kamis (2/6) ini, tercatat tiga kali gempa vulkanik,'' katanya.

Untuk itu, lanjut Surono, pihaknya masih melakukan pemantauan intensif terkait aktivitas kawah Timbang ini. Radius sepanjang satu kilometer dari lokasi Kawah Timbang, tetap tidak boleh dimasuki manusia. Termasuk juga dua dusun di sekitar radius itu, yakni Dusun Simbar dan Serang Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, tetap harus dikosongkan. 

Terkait dengan peningkatan aktivitas Kawah Timbang ini,  Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (KESDM), Dr Sukhyar, Kamis (2/6), mengunjungi pos pengamatan Gunung Dieng di Desa Karangtengah Kecamatan Batur. Kepada wartawan dia menuturkan, peningkatan aktivitas kawah Timbang yang terjadi saat ini, hampir sama dengan dengan peningkatan aktivitas kawah Sinila tahun 1979 yang menewaskan 149 warga, yakni keluarnya gas beracun yang didahului oleh terjadinya gempa.

''Proses vulkanis yang berlangsung di dapur magma membentuk tekanan ke permukaan tanah. Tekanan ini yang kemudian menimbulkan gempa vulkanik. Akibat gempa, muncul rekahan-rekahan yang menjadi tempat keluarnya gas beracun. Gas ini, pada prinsipnya juga merupakan hasil dari proses vulkanis yang terjadi di daur magma,'' jelasnya. 

Menurut Sukyar, meski memiliki kesamaan karakter, namun hal itu bukan siklus. Hanya merupakan fenomena alam, yang tidak bisa diukur dalam bentuk siklus. Sukhyar juga menyatakan, saat ini pihaknya sudah meminta untuk menambah alat detektor gempa untuk dipasang di kawasan Dieng.

Sementara Surono menambahkan, meski kawah Timbang mengalami peningkatan aktivitas, namun untuk kawah-kawah lain di Dieng yang selama ini juga kerap mengeluarkan gas beracun, sejauh ini tidak menunjukkan peningkatan aktivitas.

''Selain kawah Timbang, kondisi kawah lainnya masih dalam status aktif normal. Secara berkala kita melakukan tes terhadap kadar CO2 di kawah-kawah lain, dan sampai saat ini tingkat kerapatan CO2-nya masih di bawah batas ambang aman,'' katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement