REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS - NATO menyatakan mereka akan mengambil "tindakan seperlunya" untuk melindungi warga sipil di barat Tripoli karena mereka mendapat ancaman serangan dari pasukan pemerintah Libya. "NATO akan mengawasi situasi secara dekat dan akan mengambil tindakan seperlunya untuk melindungi warga sipil," demikian pernyataan pers yang dirilis NATO, Ahad (12/6).
"Di pantai barat laut Libya, antara Tripoli dan perbatasan Tunisia, warga Libya yang telah lama lelah dengan pemerintah Qaddafi melakukan perlawanan secara terbuka. Dan saat melakukan hal itu, mereka mendapat ancaman serangan," tambah NATO.
NATO mengatakan telah menyerang sebuah kendaraan lapis baja dengan senjata anti-pesawat di timur Tripoli, saat bergerak untuk mengancam warga sipil. Sasaran lain di tempat itu termasuk adalah sebuah peluncur roket dan sistem senjata anti-pesawat.
Juru bicara pemerintah Libya Mussa Ibrahim mengatakan pada wartawan bahwa pasukan Qaddafi telah "menguasai sepenuhnya" wilayah dari Ajdabiya di Libya timur hingga perbatasan Tunisia di barat. Ia membantah laporan bahwa pemberontak telah memperoleh tempat di sana.
Sementara pada saat yang sama, ia mengakui telah terjadi bentrokan di Zawiyah tapi dengan intensitas kecil. "Itu kantong perlawanan. Pemberontak di sana tidak lebih dari 100 orang. Militer telah menewaskan beberapa dari mereka, menangkap yang lain dan sedang merundingkan penyerahan diri mereka," ujar Ibrahim, Ahad (12/6).
Ia juga menyatakan pasukan pemerintah belum "menyatakan kemenangan" di Misrata dan Zintan, dua daerah yang dikuasai pemberontak dan tempat pertempuran sengit sejak pemberontakan di Libya meletus pada pertengahan Februari lalu.