REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA- Setelah proses negosiasi selama tiga hari, akhirnya polisi dapat masuk ke dalam Pondok Pesantren Umar Bin Khattab, Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Namun saat polisi masuk, kondisi ponpes dalam keadaan kosong.
"Saat polisi masuk, kondisi ponpes sudah tidak ada orang," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Anton Bachrul Alam yang dihubungi Republika, Rabu (13/7).
Anton menduga para santri dan pendidik di ponpes itu telah melarikan diri ke gunung-gunung di sekitar Bima. Namun ia tidak menyebutkan gunung yang menjadi tempat pelarian diri. Ia mengatakan Polri akan mengejar para santri untuk dimintai keterangan.
Ia menuturkan, setelah dalam rapat Muspida bersama Kapolda NTB, tokoh agama dan masyarakat menghasilkan keputusan untuk memaksa masuk ke dalam ponpes. Ternyata setelah masuk ke dalam ponpes sekitar pukul 12.00 WITA, telah dalam keadaan kosong.
Ia tidak menjelaskan secara rinci bagaimana para santri dapat meloloskan dan melarikan diri. Namun polisi menyita beberapa bom aktif yang kemudian diuraikan oleh tim penjinak bom Polda NTB. "Jumlah bom saya belum mendapatkan informasinya. Tapi beberapa bom sudah didisposal," tegasnya.
Selain itu, polisi juga masih mengamankan enam orang dari 13 orang yang sebelumnya diamankan polisi. Sebanyak tujuh orang telah dilepaskan polisi. Sedangkan enam orang ini diduga terkait dan mengetahui proses ledakan bom rakitan tersebut. "Saat ini tinggal enam orang yang masih diamankan," tegasnya.