REPUBLIKA.CO.ID,KOLOMBO--Sekitar 1.200 orang yang dituduh sebagai pemberontak Macan Tamil di Sri Lanka akan dibebaskan, dengan berakhirnya undang-undang darurat yang diberlakukan 28 tahun lalu terkait dengan gerakan separatis, kata media pemerintah, Rabu. The Daily News mengutip Menteri Kehakiman Rauf Hakeem yang mengatakan, berakhirnya undang-undang darurat yang diumumkan Presiden Mahinda Rajapakse pekan lalu itu akan mengarah pada pembebasan segera para tersangka yang ditahan berdasarkan aturan tersebut.
"Seribu dua-ratus mantan anggota LTTE akan segera dibebaskan," kata Hakeem kepada surat kabar itu tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. Ketika gerilyawan itu dikalahkan pada 2009, pemerintah Sri Lanka menyatakan menahan sekitar 12.000 anggota Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE).
Beberapa dari mereka dibebaskan dalam dua tahun terakhir dan tidak diketahui berapa orang yang masih ditahan. Pemerintah mengumumkan mencabut undang-undang darurat itu pada Rabu pekan lalu, namun Undang-undang Pencegahan Terorisme -- yang memungkinkan aparat keamanan menahan tersangka untuk kurun waktu lama -- akan tetap diberlakukan.
Dengan pengumuman Rajapakse itu, undang-undang darurat tersebut berarti berakhir pada akhir Agustus. Undang-undang darurat itu, yang memberi pasukan keamanan wewenang luas untuk melakukan penangkapan dan penahanan, diperbarui setiap bulan -- dengan hanya jeda waktu singkat -- sejak pemberlakuannya pertama kali 28 tahun lalu.
Pemimpin oposisi Ranil Wickremesinghe menyambut baik keputusan itu namun mengatakan, pemerintah seharusnya telah mengakhiri kekuasaan darurat itu lebih cepat setelah kemenangan final militer atas pemberontak Macan Tamil pada Mei 2009. Gerilyawan Tamil selama empat dasawarsa berperang untuk mendirikan negara merdeka bagi minoritas Tamil.
Sejak 1983, undang-undang darurat hanya dicabut dalam kurun waktu singkat ketika pemerintah mengadakan perundingan perdamaian yang gagal dengan pemberontak Macan Tamil. Aturan itu juga digunakan pihak berwenang untuk melakukan penyensoran dan penumpasan terhadap unsur-unsur anti-pemerintah, termasuk aktivis oposisi.
Pemerintah Sri Lanka pada 18 Mei 2009 mengumumkan berakhirnya konflik puluhan tahun dengan Macan Tamil setelah pasukan menumpas sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpin mereka, Velupillai Prabhakaran. Pernyataan Kolombo itu menandai berakhirnya salah satu konflik etnik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan pembunuhan.
Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) juga telah mengakui bahwa Velupillai Prabhakaran tewas dalam serangan pasukan pemerintah Sri Lanka. Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.
Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran. PBB memperkirakan, lebih dari 100.000 orang tewas dalam konflik separatis Tamil setelah pemberontak Macan Tamil muncul pada 1972.
Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka. Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak. Mayoritas penduduk Sri Lanka adalah warga Sinhala.