REPUBLIKA.CO.ID, AMBON--Para pedagang beragama Islam tetap berjualan di pasar Trakindo desa Passo, kecamatan Baguala, kota Ambon paska pertikaian pada Minggu (11/9) Seorang warga desa Waiheru, kecamatan Baguala, Ny Lili(35) mengatakan, tidak merasa takut berjualan dengan sesama pedagang beragama Kristen.
"Beta ( saya - red) tetap berjualan sebagaimana biasa sejak kemarin (Senin) dan tidak takut karena percaya orang ( Kristen) yang mayoritas di Passo tidak berbuat apa pun," ujarnya.
Apalagi, tegas Lili, katong atau mereka semua mencari rezeki untuk kelangsungan hidup keluarga, terutama biaya pendidikan anak - anak sehingga tidak mau terpengaruh dengan berbagai upaya provokasi yang menyesatkan dengan memanfaatkan simbol- simbol agama.
Penjual sayur mayur dan ayam potong ini terlihat berbaur dengan pedagang beragam Islam dan Kristen lainnya melayani para pembeli tanpa ragu bertransaksi.
Pedagang barang kelontong, Madi (30) yang mengaku warga Desa Nania, Kecamatan Baguala juga tidak takut berjualan di pasar kaget Trakindo di Passo. "Beta paska konflik sosial pada 1999 telah berjualan di sini dan datang maupun pulang Passo - Nania sebagaimana biasanya, baik memanfaatkan angkot maupun ojek sepeda motor," kata Madi.
Madi tidak mau terprovokasi isu - isu menyesatkan dengan memanfaatkan simbol-simbol agama karena menyadari konflik hanya mengakibatkan penderitaan berkepanjangan.
"Beta seng ( tidak -red) takut berjualan di Passo karena kantong di sini sama - sama cari hidup dan sudah saling peraya satu dan lain selama beberapa tahun terakhir ini," ujarnya.
Pedagang ikan, Ny. Zamidah (50) warga Kampung Baru, desa Waiheru mengatakan, sejak Rabu pagi tetap bertransaksi dengan jibu - jibu ( penampung) dari desa Waai, kecamatan Salahutu, Pulau Ambon ( Maluku Tengah).
"Dong ( jibu - jibu -red) itu kan orang Kristen, tapi katong tetap bertransaksi sebagaimana biasa karena tidak mau terpengaruh dengan kerusuhan yang hanya menghancurkan jalinan keharmonisan antarumat beragama di Maluku," kata dia.
Raja ( kepala desa) Passo, Marthen Sarimanella menegaskan, setelah mengetahui pertikaian pada Minggu ( 11/9) siang, langsung berkoordinasi dengan Saniri Negeri ( dewa adat), para ketua rw dan rt selanjutnya mengimbau warga tidak terprovokasi.
"Beta ingatkan Passo ini merupakan "pintu gerbang" masuk maupun keluar Ambon sehingga jalan jalan tidak boleh dibarikade, termasuk aktivitas di pasar harus berlangsung sebagaimana biasa dengan tetap menjaga kebersamaan dengan basudara pedagang Muslim," tegasnya.
Marthen juga berkoordinasi dengan Majelis Latupati kecamatan Salahutu, pulau Ambon yang diketuai Raja Tulehu, John Saleh Ohorella untuki menjamin keselamatan warga melalui trayek jalan ke sana melalui Suli, selanjutnya Waai dan Liang.