REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ahmed Widat, relawan Forum Umat Islam (FUI) menduga kasus kerusuhan Ambon (11/9) sengaja ditutup-tutupi oleh pemerintah agar tak terlihat besar.
Ia yang berhasil masuk ke Ambon tanpa ada pemeriksaan khusus sejak Jumat (16/9) sampai Kamis (22/9), mengungkapkan sempat bertemu dengan pengungsi dan koordinator pengungsi yang juga aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Ketika itu, banyak pengungsi yang tinggal di Masjid Al-Fatah, Masjid Jami' dan beberapa sekolah. Oleh pemerintah setempat, pengungsi ini disuruh kembali ke rumahnya masing-masing. "Hal ini disebabkan agar kasus ini tidak terlihat seperti kasus besar," katanya, Selasa (27/9).
Namun sampai saat ini, warga masih bertahan di pengungsian karena rumah yang terbakar belum direnovasi. Sebanyak 530 jiwa mengungsi di Masjid Jami', 330 jiwa di Masjid Al-Fatah, 1.382 mengungsi di SD 19, SD 30, SD 68 dan SD 69.
Sekretaris Jenderal FUI KH Muhammad Al-Khathtath menambahkan, pengungsi saat ini membutuhkan bahan bangunan untuk renovasi rumah, bahan pangan, pakaian dan obat-obatan. "Masyarakat juga membutuhkan sertifikat tanah. Pasca bentrok, biasanya banyak masyarakat yang akan menjual rumahnya dengan harga murah," ujarnya.