REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Program imunisasi tambahan campak dan polio dimulai secara serentak, Selasa, di 17 provinsi. Pencanangannya dilakukan oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih di Jakarta. "Keberhasilan kegiatan ini diharapkan akan memberi daya ungkit besar pada eradikasi polio dan eliminasi campak," kata Menkes.
Penyakit menular masih merupakan salah satu penyebab kematian anak di Indonesia padahal penyakit-penyakit itu dapat dicegah dengan imunisasi.
Saat ini, ada lima vaksin yang diberikan dalam program imunisasi bayi dan anak Indonesia yang berfungsi mencegah tujuh penyakit menular yaitu tuberkulosis, polio, difteria, pertusis, tetanus, campak dan hepatitis B.
Imunisasi rutin campak di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1984 dengan kebijakan memberi satu dosis rutin pada bayi usia 9 bulan.
Cakupan imunisasi campak meningkat setiap tahunnya yaitu mulai dari hanya 12,7 persen pada 1984 menjadi 85,4 persen pada 1990 dan meningkat menjadi rata-rata 90 persen hingga tahun 2010.
"Tapi pencapaian cakupan ini masih tidak merata diseluruh Indonesia karena masih adanya hambatan geografis dan sosial ekonomi," ujar Menkes.
Kampanye imunisasi tambahan campak dan polio dilaksanakan Kementerian Kesehatan selama tiga tahun, dari tahun 2009-2011.
Tahap pertama dilaksanakan di tiga provinsi pada 10-24 Juni 2009 yaitu di Aceh, Sumatera Utara dan Maluku Utara.
Tahap kedua pada bulan Oktober 2010 dilakukan di 11 provinsi yaitu Maluku, Papua Barat, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, NTT dan Banten.
Sementara tahap ketiga atau terakhir dilaksanakan di 17 provinsi yaitu di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Papua, NTB, Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Menkes menyatakan, program imunisasi tambahan campak dan polio itu diharapkan dapat menjangkau 95 persen dari target anak di seluruh Tanah Air.