REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kursi impor di ruang Badan Anggaran (Banggar) DPR dikembalikan dan diganti dengan kursi buatan lokal dengan kualitas yang bagus. Ketua Badan Kehormatan (BK) DPR, M Prakosa, menyatakan bahwa pengembalian kursi impor itu dilakukan ke kontraktor pelaksananya. Penggantian pun dilakukan, kemarin.
"Kursi impor dari Jerman ini akan diganti dengan kursi produksi lokal yang standar seperti di ruangan lainnya dan harganya tak lebih dari Rp 2 juta. Ada dua kata yang tidak boleh pada pengadaan barang di lingkungan parlemen, yakni mewah dan impor," kata M Prakosa di gedung DPR, Jakarta, kemarin. Kursi produksi lokal itu, kata dia, juga bagus dan berkualitas.
Sedangkan karpet impor dari Amerika Serikat (AS) dan televisi layar lebar sebanyak tiga unit yang telah terpasang di ruang rapat Banggar tetap dibiarkan. Menurut Prakosa, karpetnya sudah terpasang, kalau diganti nanti ruangannya menjadi jelek, sehingga tetap dibiarkan. Untuk layar lebar tidak diganti, melainkan hanya sistem tata suaranya.
Penggantian sejumlah barang di ruang rapat Banggar ini adalah keputusan final Badan Kehormatan DPR. "Badan Kehormatan menilai aksesoris ruang Badan Anggaran tidak patut karena terlalu mewah. Kita melihat ada masalah jadi kita kembalikan," katanya. Proses penggantian ini akan dilakukan secara bertahap oleh Sekretariat Jenderal DPR kepada kontraktor pelaksana.
Kursi impor dari Jerman yang telah didatangkan ke ruang rapat Badan Anbggaran DPR RI tersebut harganya Rp 24 juta per unit dan harga seluruhnya sekitar Rp 4 miliar. Untuk televisi layar lebar ukuran dua meter kali dua meter sebanyak tiga unit senilai Rp 3 miliar. Lampu impor dari Belanda harganya sekitar Rp3 miliar, serta karpet dari AS harganya sekitar Rp 900 juta. Nilai proyek seluruhnya untuk ruang Banggar adalah Rp 20,3 miliar.