Senin 06 Feb 2012 08:09 WIB

Cuaca 'Bekukan' Eropa, Ratusan Orang Tewas Membeku

Rep: Amri Amrullah/ Red: Didi Purwadi
Seorang warga berjalan di sebuah jalan di ibukota Ukraina, Kiev, Jumat (3/2).
Foto: AP/Sergei Chuzavkov
Seorang warga berjalan di sebuah jalan di ibukota Ukraina, Kiev, Jumat (3/2).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Cuaca dingin ekstrim melanda seluruh Eropa tahun ini. Cuaca buruk telah mengganggu aktivitas masyarakat dan menelan ratusan korban jiwa di seluruh daratan Eropa.

Menurut laporan, jumlah korban tewas meningkat menjadi 300 orang di seluruh daratan Eropa. Saat ini warga negara-negara dari Italia ke Ukraina sedang berjuang untuk mengatasi suhu terendah sepanjang beberapa tahun belakangan.

Cuaca dingin dan hujan salju lebat telah memaksa beberapa bandara utama termasuk Heathrow di London membatalkan sejumlah penerbangan pada Ahad (5/2). Sekitar 400 penerbangan diperkirakan akan terganggu di bandara tersibuk di dunia itu.

Ukraina menderita korban terparah dengan angka kematian tertinggi mencapai 131 orang. Ukraina selama sembilan hari terakhir 'dibekukan' cuaca dingin. Suhu di Ukraina mencapai titik beku terburuk hingga minus 38 derajat.

Banyak dari mereka yang tewas adalah gelandangan. Mayat mereka ditemukan di jalan-jalan di bawah salju, di sungai dan di pintu.

Delapan orang telah dinyatakan tewas membeku selama 24 jam terakhir di Polandia. Sehingga, total jumlah korban tewas di Polandia sejauh ini telah mencapai 53 orang.

Di Prancis, jumlah korban tewas mencapai tujuh orang setelah seorang anak laki-laki berumur 12 tahun meninggal karena hipotermia pada Sabtu. Anak tersebut jatuh ke dalam kolam yang beku. Laporan lain juga menyebutkan adanya korban akibat cuaca buruk di Austria, Yunani dan Jerman.

Di Roma, warga dikejutkan adanya salju untuk pertama kalinya sejak tahun 1985. Salju yang turun itu telah  menyebabkan kemacetan lalu lintas dan mengganggu aktivitas warga setempat.

sumber : www.irib.ir
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement