REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Mantan Ketua Mahkamah Agung (MA) Bagir Manan tidak percaya isu politik uang yang dikabarkan merebak menjelang pemilihan Ketua MA pada 8 Februari 2012.
Setelah bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk membahas persiapan peringatan Hari Pers Nasional di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Bagir yang kini menjabat Ketua Dewan Pers mengatakan, tidak percaya isu politik uang yang menyebutkan satu suara dihargai sampai Rp5 miliar.
"Kaya betul orang yang mau 'ngasih' Rp5 miliar. Rasanya dulu orang tidak pernah omongkan seperti itu, saya juga yakin sekarang juga tidak begitu," ujarnya, Senin (6/2).
Bagir berharap MA dapat memilih ketua yang terbaik untuk memimpin lembaga peradilan tertinggi itu untuk lima tahun ke depan. Menurut dia, Ketua MA yang berintegritas lebih penting dibanding sosok yang cerdas.
"Kita butuh orang integritas, kalau kecerdasan kita bisa gotong-royong," ujar mantan hakim agung yang berasal dari jalur non karir itu. Bagir yang menjabat Ketua MA pada periode 2006-2011 itu menyatakan, tidak ada perbedaan kesempatan antara hakim agung karir dan non karir untuk menjadi ketua MA.
Menurut dia, perbaikan birokrasi organisasi dan fasilitas di MA yang sering dinilai tidak transparan itu sebenarnya sudah dilakukan.
"Cuma saya selalu berpendapat penegakan hukum di Indonesia itu bukan hanya soal hukum, tapi ada juga persoalan politik, persoalan sosial yang mempengaruhi semua itu. Karena itu, upaya kita memperbaiki penegakan hukum itu tidak bisa dilepaskan dari lingkungan itu," pungkas Bagir.