REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW— Rusia menolak menghadiri konferensi internasional membahas masalah Suriah. Rusia beralasan, pertemuan tersebut hanya mendukung oposisi, sementara pemerintah Suriah tidak dilibatkan. Konferensi yang akan diselenggarakan di Tunisia bertujuan mencari perubahan politik di Suriah.
Mereka mengatakan pertemuan ini hanya mendukung salah satu pihak melawan pihak lainnya. "Undangan untuk pertemuan kelompok 'Sahabat Suriah' di Tunisia itu telah diterima. Kami tidak bisa menerima tawaran untuk menghadiri pertemuan ini karena Pemerintah Suriah tidak diundang," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Alexandr Lukashevic.
Rusia menyatakan pertemuan itu tidak akan mampu meningkatkan dialog antara pemerintah Assad dan oposisi. Rusia justru mengkhawatirkan kelompok ini akan menyerupai 'Kelompok Kontak Libya' yang memiliki tujuan mendukung hanya satu sisi konflik internal. “Ini berarti kepentingan mayoritas penduduk Suriah yang mendukung pemerintah tidak akan terwakili,” kata Lukashevich.
Sementara Cina, juga menolak untuk mengikuti konferensi tersebut. “Cina telah menerima undangan yang relevan," kata juru bicara kementerian luar negeri Cina, Hong Lei. Cina, katanya, Cina saat ini sedang meneliti aspek fungsi, mekanisme dan lainnya dari pertemuan tersebut.
Wakil Menteri Luar Negeri Cina Zhai Juni, pekan lalu melakukan perjalanan ke Damaskus untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Bashar al-Assad di mana ia menyerukan semua pihak untuk menghentikan kekerasan dan segera menyelenggarakan pemilu. Namun, Beijing menentang intervensi bersenjata di Suriah.
Kelompok 'Sahabat Suriah' akan bertemu untuk pertama kalinya pada Jumat mendatang. Kelompok ini dibuat sebagai respon terhadap tindakan Rusia dan Cina yang memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk Presiden Bashar al-Assad agar menghentikan kekerasan. Kelompok ini didukung anggota Uni Eropa, Amerika Serikat, serta beberapa negara Arab.