Selasa 24 Apr 2012 00:35 WIB

Titanic Kisah yang tak Pernah Usai (II)

Rep: teguh setiawan/ Red: M Irwan Ariefyanto
suratkabar yang memberitakan tenggelamnya Titanic
Foto: ap
suratkabar yang memberitakan tenggelamnya Titanic

REPUBLIKA.CO.ID,Titanic berangkat dari Southamp ton, 10 April 2912, dengan mem bawa 1.316 penumpang dari berbagai bangsa; Armenia, Swedia, Prancis, Italia, Bulgaria, Lebanon, Yunani, Irlandia serta sebagian besar berkebangsaan Inggris dan 913 awak.

Di antara para penumpang terdapat sejumlah jutawan dan keluarga; juragan hotel Kolonel John Jacob (JJ) Astor, konglomerat pertambangan Benjamin Guggenheim, pemilik pabrik mobil Goerge Widener, Isidor Strauss dan istri—pemilik Macy.

Lainnya adalah John dan Annie Sage beserta sembilan anak mereka yang berusia antara empat sampai 20 tahun, Frederick dan Augusta Good win beserta enam anak mereka yang berusia 18 bulan sampai 16 tahun. Bintang film bisu Dorothy Gibson dan Sir Cosmo, serta desainer terkenal Lady Duff Gordon, juga menjadi bagian dari pelayaran kapal tak bisa tenggelam ini. Nama besar lainnya ada lah J. Bruce Ismay, chairman White Star Line—perusahaan pemilik Titanic.

Leeds Mercury, surat kabar di Inggris saat itu melaporkan, para juragan menempati kamar tidur kelas satu yang berfasilitas tempat tidur dari kuningan, dengan ornamen kamar dari kayu mahoni, oak, lampu listrik, dan kamar mandi dengan air panas dan dingin. Dua suiteroom di promenade dek khusus untuk para jutawan yang menginginkan privasi lengkap.

Namun, sebagian besar penumpang Titanic adalah mereka yang berusaha mencapai AS untuk mencari penghidupan baru di tanah harapan. Mereka memadati dek kelas dua dan tiga, dan tidak sempat menyaksikan kemewahan di kapal.

Sebagian lainnya adalah para petualang yang sekadar ingin merasakan kenikmatan berlayar dengan kapal diyakini tak bisa tenggelam karena memiliki banyak kompartemen kedap air. Leeds Mercury juga menulis kapal dibuat dengan menggunakan semua teknologi martim, yang membuatnya tidak akan tenggelam.

Titanic singgah di Cherbourg, Prancis, untuk mengambil penumpang lagi. Keesokan hari, pada 13 April, kapal singgah di Queenstown, Irlandia, tapi tidak untuk mengambil penumpang. Pada pukul 11.40, tanggal 14 April 1912, Reginald Lee dan Frederick Fleet melaporkan, melihat gunung es di depan. Salah satu dari keduanya menelepon anjungan dan meneriakkan kata-kata, “Gunung es di depan kita.”

Juru mudi William Murdoch berusaha menghindari tabrakan, tapi su dah terlambat. Titanic menabrak gunung es. Badan kapal berlubang. Air masuk membanjiri lima dari 16 kompartemen kedap air pertama. Kapten Edward Smith dan Thomas Andrew, direktur Harland and Woolf, memeriksa kerusakan. Keduanya sampai pada kesimpulan kapal akan tenggelam dalam waktu dua jam. Namun, Leeds Mercury menulis, “Tidak terlihat tanda-tanda akan ter jadi bencana beberapa saat setelah tabrakan. Namun, ketika RMS Carpathia datang, yang ditemukan hanya sekoci dan puing-puing. Badan kapal telah tenggelam.

Penumpang diturunkan ke sekoci. Wanita dan anak-anak menjadi prioritas. Namun, kepanikan melanda setelah diketahui sekoci tidak cukup untuk membawa semua penumpang. Joseph Boxhall, petugas kelahiran Hull, meluncurkan suar untuk meminta pertolongan kepada kapal kapal yang lewat. Operator radio Jack Phillips dan Bride Harold mengirim pesan SOS dan CQD.

Pada saat sama, bagian depan kapal tertekan kebawah, yang menyebabkan buritan naik ke atas, dengan baling-baling berada di atas. Cerobong bagian depan yang sudah berada di dalam air lepas, menewaskan orang yang berusaha berenang di air yang dingin.

Memasuki menit terakhir, Titanic terbelah menjadi dua, setelah bertahan selama dua jam 40 menit. Kedua bagian tubuh kapal tenggelam di laut dingin, dengan sebagian besar pe num pang dan kru yang tak sempat menyelamatkan diri. Ratusan korban lainnya tewas kedinginan. Sedangkan 20 sekoci yang tak seluruhnya terisi penuh terapung menunggu bantuan.

Konglomerat Hotel JJ Astor tewas, tapi Madeleine—istrinya yang sedang hamil—selamat. Isidor Strauss rela tidak naik ke sekoci karena hanya untuk anak-anak dan wania, dan tewas bersama juragan pertambangan Benjamin Guggen heim dan industriawan mobil George Widener. Ida, istri Isidor, selamat.

Pasangan jutawan John dan Anie Sage, plus sembilan anaknya, keluarga Frederick dan Augusta Goodwin dengan enam putra-putrinya—terkecil berusia 18 bulan—tewas bersama. Di antara penumpang yang selamat terdapat Countes of Rothes, istri industrialis Margareth Brown—kemudian dikenal sebagai Moly Brown yang tak bisa tenggelam—bintang film bisu Dorothy Gibson dan Sir Cosmo, serta desainer Lady Duff Gordon.

J. Bruce Ismay, chairman White Star Line, juga selamat dan kembali ke Inggris. Dia menolak gagasan penambahan sekoci tambahan, dengan alasan mengurangi keindahan kapal. Di sisa hidupnya, Ismay meratapi penyesalannya, dan dikucilkan masyarakatnya.

Setelah terapung sekian jam di permukaan dingin Atlantik, para korban—yang menahan dingin hanya dengan gaun malam—dijemput RMS Car pathia saat fajar. Mereka sempat mengadakan upacara singkat, sebelum melakukan perjalanan ke New York. Tiga hari kemudian kapal tambang Mackay-Bennett berangkat dari Nova Scotia untuk mengambil mayat-mayat di lokasi Titanic tenggelam. Pencarian dilakukan selama beberapa hari dan antara 23 April sampai 8 Juni, regu penyelamat menemukan 334 mayat.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement